Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Luka

24 November 2018   14:09 Diperbarui: 24 November 2018   14:32 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang berlarian. Lintang pukang menghindar. Masuk ke dalam rumah, di bawah pohon rindang, atau tempat terdekat yang beratap. Ini menakutkan!

Setelah sekian lama kemarau mencengkeram seluruh kota, hujan memang benar datang. Diawali suara gemuruh bersahutan dari kejauhan, akhirnya hujan tiba.

Namun ternyata hujan yang datang begitu janggal. Bukan air. Tapi bilah-bilah bambu dan duri. Seolah hujan ini khusus datang untuk melukai. Terang saja orang-orang begitu ketakutan. Siapa yang bisa bertahan di luaran saat bilah bambu yang menyayatkan sembilu, duri-duri tajam yang sanggup mengoyak kepala, dan hunjaman keduanya dari angkasa, berhamburan sebagai hujan.

Suara-suara hujan yang menghantam atap rumah terdengar berkerontangan. Jauh lebih ribut dibandingkan terjangan angin ribut. Beberapa orang yang tidak cepat berlindung kontan saja terluka. Ada yang terluka di bagian kening terkena sayatan sembilu. Ada yang pundaknya berdarah terserempet duri. Ada juga yang menjerit-jerit ngeri saat sembilu dan duri-duri menancap kuat di leher dan punggung.

Ini hujan luka! Teriak beberapa orang hampir bersamaan di sebuah halte bus kota.

Telpon rumah sakit dan pemadam kebakaran! Hujan luka ini sangat berbahaya! Suara lain menimpali dari balik jendela rumah dan gedung apartemen.

Suasana mendadak gaduh tak karuan. Mobil ambulan meraung-raung meminta jalan di antara derasnya hujan luka. Banyak laporan orang terluka yang harus ditangani secepatnya. Mobil pemadam lebih kencang lagi sirinenya. Membelah kepekatan jalan yang samar. Hujan luka juga menimbulkan kabut. Barangkali semacam kabut duka.

Kegaduhan menjalar di mana-mana. Selain ambulan dan mobil pemadam, tidak ada satupun kendaraan yang berani bergerak di jalanan. Permukaan aspal dipenuhi oleh duri dan sembilu yang setiap waktu bisa merobek ban. Mobil ambulan dan pemadam tadi bisa selamat hanya karena sembilu dan duri belum banyak berjatuhan di jalanan.

Selokan dan parit jelas tak bisa mengalirkan hujan luka. Benda-benda luka itu tak bisa mengalir seperti air. Alhasil selokan dan parit tentu saja langsung buntu. Daun-daun pada semua pohon berlubang-lubang diterjang duri. Sementara batangnya nyaris hancur disayat-sayat sembilu.

Hujan luka ini benar-benar dahsyat. Pihak berwenang terpaksa mengumumkan situasi darurat. Dilarang keluar rumah apabila tidak dilengkapi perlengkapan khusus anti hujan luka. Entah ini maksudnya apa tapi semua orang mematuhinya. Siapa sih yang mau terluka?

Lagipula payung biasa sama sekali tak berguna. Mudah tersayat sembilu dan gampang ditembusi duri. Orang-orang enggan keluar rumah. Mereka tidak tahu kapan hujan luka itu datang lagi. Lagipula ini memang musim hujan. Bisa jadi hujan luka itu akan terjadi setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun