Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Pulau Persembunyian)

6 November 2018   14:28 Diperbarui: 6 November 2018   17:51 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendadak Cindy melompat bangun. Mengagetkan Rabat yang juga serentak berdiri. Senjata laser disiagakan.

"Mereka merusak dinding kapal! Sepertinya berusaha melarikan diri lewat laut!"

Sejenak Rabat bengong. Apa yang harus mereka dilakukan. Pintu tidak bisa dibuka dan kapal juga masih berjalan.

Cindy dan Rabat tergesa-gesa menaiki anjungan kapal. Berjumpa dengan tatapan Ben yang penuh tanda tanya melihat kepanikan dua temannya ini.

"Coba lihat! Mereka hampir berhasil membobol dinding kapal! Ben, pelankan sedikit. Jangan daratkan dulu kapal ini," Cindy berteriak kalang kabur sambil terus memperhatikan layar monitor CCTV.

Suara gaduh itu terang membuat Ran dan Tet terbangun. Tanpa banyak tanya keduanya ikut mengerubungi layar monitor. Ben memperlambat laju kapal. Mereka hampir memasuki teluk aneh yang jadi sasaran mendarat.

"Hitung berapa jumlah mereka yang keluar Cindy!" seru Ran setelah melihat dari layar monitor dinding kapal itu jebol dan berduyun-duyun Pasukan Kematian berenang di kedalaman laut.

"12! Eh, itu ada 1 lagi. 13! Yang terakhir itu sepertinya pimpinan mereka. Fisiknya berbeda dari yang lain. Lebih besar dan tangguh nampaknya," dengan cepat Cindy menghitung sementara yang lain masih bingung menentukan jumlah yang keluar.

Ben memutar kamera di haluan. Mencari-cari di layar monitor. Pasukan Kematian itu meluncur dengan kecepatan ikan Marlin di kedalaman laut dan menghilang.

Ran memandang dari balik anjungan. Kapal sedang memasuki teluk yang tenang. Di kanan kiri, karang-karang besar menuntut kelihaian Ben mengemudi agar terhindar dari goresan dan tubrukan. Ran beralih ke monitor lainnya. Teluk ini dalam tapi ada beberapa bagian yang dangkal. Di bagian itu nampak jelas stalaktit berwarna merah bergerombol. Menyiratkan ancaman kuat bagi siapa saja yang lewat.

Kapal sedikit berguncang. Sehati-hatinya Ben ternyata masih juga ada karang yang terlanggar. Untunglah hanya guncangan kecil. Kapal terus meliuk-liuk pelan. Memasuki gua raksasa dengan dengungan mesin teramat pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun