Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Negeri Tulang Belulang (Pasukan Kematian)

3 November 2018   23:22 Diperbarui: 3 November 2018   23:29 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdengar suara gemuruh berdatangan dari segala arah di dalam kapal. Kelima petualang yang sedang terpencar di beberapa tempat itu terkesiap. Sesuatu yang besar sedang terjadi. Entah apa tapi pasti hal yang tak terduga.

Cindy yang masih memegang alat pemadam portabel tercenung. Apakah ini semua ada hubungannya dengan pecahnya kaca brankas kecil yang berisi microchip? Cindy merasa telah berbuat bodoh. Menatap Tet yang juga sedang memandangnya dengan beberapa microchip di tangan.

Mata Ben tak lepas dari monitor. Dia sadar ada sesuatu yang terjadi. Gemuruh itu sepertinya pertanda buruk. Teman-temannya sedang di bawah dan di luar. Dia tidak boleh kehilangan kewaspadaan.

Sampai sejauh ini belum ada apa-apa yang mencurigakan di layar monitornya. Eh, tunggu dulu! Itu apa? Mata Ben membesar. Beberapa sosok nampak bergerak-gerak di layar monitor besar. Di dalam laboratorium. Sosok-sosok itu belum nampak jelas. Tertutup uap tipis. Namun Ben sangat yakin dari perawakannya, sosok-sosok itu bukan manusia. Terlalu tinggi. Dan di belakang punggungnya itu apalagi? Ben mengrenyitkan kening mencoba berkonsentrasi.

Oh my goodness! Itu sayap!

Tangan Ben bersiap-siap menekan klakson kapal. Dia akan melihat situasinya bisa terkendali atau tidak. Bagaimanapun, pintu laboratorium itu mempunyai level security maksimum.

Sementara di luar, Ran dan Rabat juga mendengar gemuruh yang datang dari dalam palka kapal. Keduanya bergegas masuk. Belum ada tanda bahaya dari Ben. Sehingga Ran memutuskan memeriksa keadaan Tet dan Cindy. Mereka berdua ada di dalam palka. Tempat terdekat dengan suara gemuruh tadi.

Tepat saat Ran dan Rabat sampai ke ruangan luar laboratorium, keduanya dikejutkan dengan gedoran keras dari dalam pintu laboratorium. Tet dan Cindy tidak ada di sini. Apakah mereka sudah di dalam dan terjebak tidak bisa keluar?

Meskipun tidak tahu kodenya apa dan caranya bagaimana, Rabat nyaris saja meraih tombol berspekulasi membuka pintu. Namun sebuah lengan buru-buru menariknya. Tet.

Tet meletakkan telunjuk di bibirnya dan memberi isyarat dengan ujung matanya ke dalam laboratorium. Rabat dan Ran menyadari ada sesuatu di dalam sana. Mereka melihat Cindy sedang memejamkan mata dan sedikit memiringkan kepala. Mencoba menelisik dengan kemampuan anehnya.

Cindy membuka mata. Mengambil sebuah spray penyemprot nyamuk di kotak obat lalu berjalan mengendap-endap menaiki tangga menuju ruang kemudi. Tak lupa memberi tanda kepada Tet, Ran dan Rabat agar mengikuti apa yang dilakukannya. Ketiga lelaki itu mengikuti apa yang dilakukan Cindy. Berjalan mengendap-endap setelah sebelumnya menyemprot diri masing-masing dengan spray nyamuk.

Sesampainya di ruang kemudi, Cindy membuka mulutnya yang sedari tadi tertutup rapat sepanjang perjalanan ke atas.

"Mereka bisa menandai bau khas kita dengan penciuman yang super tajam. Karena itu aku minta kita semua melakukan semprotan untuk menyamarkan. Mereka sangat berbahaya. Aku bisa merasakannya dari intuisiku. Kalian tidak usah bertanya kenapa aku tahu."

Cindy terus menjelaskan sambil menyemprotkan spray ke tubuh Ben yang sontak terbatuk-batuk karena tidak tahan baunya. Ben hendak protes tapi Ran mencegahnya.

"Maksudmu menandai itu apa Cindy? Dan mereka itu siapa?" Rabat menatap mata Cindy. Sudah terbiasa sekarang dengan mata hitamnya.

"Menandai sebagai target tentu saja. Mereka? Mereka adalah pasukan kematian yang diciptakan oleh para periset di kapal ini. Tujuannya apa aku tidak tahu," Cindy menjelaskan sambil tak melepas sedikitpun tatapannya pada layar monitor.

Semua berpaling ke arah monitor. Uap tipis cryo sudah hampir menghilang sepenuhnya. Sekarang mereka bisa melihat jelas makhluk apa yang menggedor-gedor pintu laboratorium.

Makhluk-makhluk itu satu type. Berukuran tinggi hingga 2 meter lebih. Mungkin 2,2 meter. Kekar dengan kulit tubuh berwarna krom. Wajahnya mirip burung-burung Nazar yang sempat mereka jumpai di padang tulang-tulang. Bersayap lebar dan kokoh. Tangan-tangan itu panjang dengan kuku yang juga panjang. Mirip dengan Singa dan Harimau aneh yang dijumpai saat beberapa lalu terdampar pertama kali.

Cindy terpekik kecil. Makhluk-makhluk itu gabungan dari segala macam binatang aneh pulau ini.

Semuanya terdiam. Terpana dengan penemuan ini. Makhluk-makhluk itu diinkubasi dalam tabung-tabung cryo dan sekarang dibangkitkan. Di dalam laboratorium berpengamanan maksimum sekaligus di sebuah kapal riset yang misterius. Oleh siapa? Untuk apa? ini semua misteri yang ditinggalkan bagi mereka yang tanpa sengaja terdampar di sini.

Kesunyian dipecahkan oleh gerakan Tet yang mengangsurkan beberapa microchip kepada Ben. Ben pasti tahu apa yang harus dilakukannya agar chip itu bisa dibaca. Mungkin dari situ semua informasi bisa diketahui. Mereka semakin penasaran sekaligus juga ketakutan. Entah yang mana duluan.

Ben memeriksa chip lalu mencari chip reader yang paling tepat untuk pembacaan. Tidak ada yang cocok sama sekali. Ben menggaruk hidungnya. Tidak mungkin tidak ada. Atau mungkin tidak di sini. Kembali Ben mencari-cari.

Ketemu!  Rupanya chip reader ada di lemari kapten kapal. Ben memasukkan chip ke dalam reader dan menyambungkan dengan salah satu monitor.

Death Troop Rising-Code DTR V1
Penelitian high tech sekaligus rekayasa genetika tingkat tinggi ini diinisiasi oleh lembaga penelitian internasional bernama Bio Research yang didanai oleh konsorsium beberapa pabrik raksasa produsen senjata yang menolak untuk disebutkan dalam file ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan pasukan kematian sebagai ganti senjata konvensional yang selama ini ada dan sudah dianggap tidak efisien lagi. Pasukan kematian ini bukan berbasis metal atau robot. Tapi tubuh organik yang dihybrid melalui beberapa target binatang langka yang dulu sempat dikembangkan oleh Bio Research di pulau yang dinamai sebagai Pulau Tulang Belulang.

Mega proyek berupa pasukan kematian ini ditargetkan bisa dipasarkan ke negara-negara maju dalam 3 tahun ke depan setelah DTR V1 diuji coba untuk diterjunkan di peperangan di Timur Tengah.

Pada saat timer kebangkitan pasukan kematian telah tiba pada waktunya dan itu semua termonitor secara ketat di kantor pusat Bio Research, maka tim khusus dari Bio Research akan mendarat di Pulau Tulang Belulang untuk memulai tahapan selanjutnya.

Kelima orang peneliti itu membaca semuanya dengan pikiran campur aduk. Tidak pernah diduga ketertarikan mereka untuk melakukan penelitian ilmiah di sebuah negeri yang disebut Negeri Tulang Belulang ternyata menyeret mereka ke pusaran konspirasi mengerikan ini.

Pengembangan senjata mematikan yang disebut pasukan kematian. Dan itu akan diuji coba pada peperangan yang sesungguhnya! Tidak lama lagi!

Sebuah suara alarm kecil mengejutkan mereka semua. Beberapa titik kecil berkedip-kedip di layar radar. Setengah berteriak Ben mengingatkan semua orang.

"Mereka datang! Beberapa kapal menuju kesini! Ran, bagaimana?"

Ran menjawab tegas," kita tidak akan membiarkan ini semua terjadi! Ini berbahaya bagi perdamaian dunia. Kita harus mencegahnya. Ben, bisakah kapal ini digerakkan dan kita sembunyikan. Jangan lupa matikan semua transponder yang menunjukkan posisi kapal ini."

Ben mengangguk pasti," aku sudah meneliti semua instrumen dan mesin kapal Ran. Semua masih berfungsi normal. Lambung yang bocor bagian atasnya juga tidak masalah selama kita tidak terjebak badai dan gelombang besar. Kemana tujuan kita Ran?"

"Bagaimana dengan jepitan karang pada badan kapal Ben?" Tet bertanya lirih. Merasa tidak yakin.

Ben tersenyum lebar," jangan khawatir kawan. Itu semua sebenarnya hanya kamuflase yang sengaja dibuat mereka seolah kapal ini terdampar. Batu karang itu sebetulnya buatan saja. Lihat!" Ben menekan beberapa tombol di keyboard.

Ajaib! Dua batu karang besar yang menjepit badan kapal bergeser perlahan ke kanan kiri. Kapal terbebas dan mengapung dengan leluasa.

Ben melanjutkan keajaiban selanjutnya. Terdengar dengung pelan saat kapal bergerak keluar dari gugusan karang menuju lautan lepas. Ran mengepalkan tangan tanda puas. Anggota tim yang lain bertepuk tangan. Ternyata kapal ini bisa berlayar!

"Hanya satu hal yang mesti kita ingat kawan. Jarak kita dengan tim Bio Research sudah dekat. Meskipun transponder sudah aku matikan, aku khawatir mereka bisa melacak kita melalui satelit. Oleh karena itu lebih baik jika kita sembunyikan kapal ini di pulau terdekat," Ben mengakhiri penjelasan sambil memandang Ran.

"Saranmu bagaimana Ben?" Rabat menatap Ben.

"Aku sudah menandai pulau besar ke arah tenggara. Tak lebih dari 10 Nautical Mile dari sini. Di sana banyak teluk tersembunyi yang bagus untuk menyembunyikan kapal ini."

"Apa nama pulau itu di peta Ben?" kali ini Cindy bertanya.  

"Skull Island. Entah kenapa dinamakan begitu. Mudah-mudahan tidak banyak tengkorak betulan di sana," Ben menjawab sambil tersenyum getir.

Keempat orang itu saling pandang.

"Kalau begitu ke Pulau Tengkorak kita menuju!" Ran memutuskan.

----

Sementara itu. Di layar monitor sebuah kapal besar berlogo Bio Research Charly terjadi kesibukan dan kegaduhan.

"Sinyal Bio Research Alpha tiba-tiba menghilang kapten!"

"Lacak dengan satelit!"

"Ada gangguan kecil dengan tangkapan satelit kapten.  Mendung sedang tebal. Kita baru bisa melakukannya 2 jam dari sekarang."

"Shit! Laporkan ke kantor pusat. Segera!"

----

Bogor, 3 Nopember 2018

Selanjutnya; Negeri Tulang Belulang (Pulau Persembunyian)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun