Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Geni di Sarang Kematian

23 Oktober 2018   15:52 Diperbarui: 23 Oktober 2018   15:55 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ruang tengah, Geni yang bersembunyi di balik buffet tinggi, melihat gadis itu mengetuk-ngetuk pintu kamar. Setelah beberapa lama tidak ada yang menanggapi, gadis itu membukanya, masih dengan muka yang terlihat syok. Geni melihat gadis itu keluar kembali dengan wajah lebih kebingungan.

Gadis itu menyambar koran yang tergeletak di meja lalu membacanya dengan wajah yang semakin pias. Geni melihat ini kesempatan baik. Gadis itu pasti terlibat. Tidak bisa tidak. Barang bukti anting itu sangat kuat. Wajahnya mungkin terlihat polos. Tapi Marry Bell si pembunuh berantai dari Inggris juga berwajah semanis bayi bukan?

Geni meraih tas pinggangnya. Mendekati gadis itu dari belakang dan membekap hidungnya menggunakan tisu yang telah dilumuri kloroform.

Pemberontakan kecil.  Geni merasakan tubuh gadis itu melemas dan merosot dalam dekapannya. Tergesa-gesa Geni membopong gadis itu. Dia harus cepat keluar dari rumah menngerikan ini! Nalurinya mengatakan rumah ini sangat berbahaya.

Geni melihat ada sebuah koper tarik besar teronggok di sudut. Itu cukup rasanya untuk memudahkan dia membawa gadis yang pingsan ini. Geni mengambil koper kemudian berbalik untuk memasukkan tubuh si gadis.

"Mau jalan-jalan kemana bawa koper bang?" suara sedingin es menyapa Geni.

Uh, firasatnya tepat. Benar saja. Di hadapannya berdiri 2 orang perempuan cantik. Tinggi dan berbaju merah. Satunya lagi juga tinggi, mengenakan gaun hitam, sembari memainkan pemantik berinitial D di tangannya. Si baju merah memegang belati. Geni masih berniat melawan jika tidak melihat si perempuan yang memainkan pemantik mengacungkan pistol ke dadanya.

Geni akhirnya pasrah saja saat si perempuan berbaju merah mengenakan borgol di tangannya.

"Hmm, El. Kita beruntung. Lily datang dan 2 hari lagi ada pesta di sini. Aku lihat dari matanya, lelaki ini tengil dan tukang mempermainkan wanita. Dia cocok untuk jamuan pesta kita. Hihihi...."perempuan berbaju hitam itu tertawa panjang mengerikan.

Perempuan yang dipanggil El ikut tertawa dan lalu berteriak kencang,"Lilyyyyy....kesini!"  

Di balik pintu kamar depan, perempuan bernama Lily itu mengintip semua kejadian dengan jantung berdebar gelisah.

Untuk apa Geni, lelaki yang pernah dicintainya dengan sangat di kampus itu ada di sini? Bahkan sekarang tertangkap oleh 2 sahabatnya yang haus akan darah lelaki berandalan. Uhhh....

----

Medan, 23 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun