Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Geni di Sarang Kematian

23 Oktober 2018   15:52 Diperbarui: 23 Oktober 2018   15:55 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Geni mengamati rumah besar itu dari kejauhan. Nampak megah dan mewah namun ada satu hal yang membuat Geni merinding. Aura rumah itu seolah memancarkan hawa kematian. Entah apa sebabnya. Tapi Geni merasa rumah itu mungkin replika yang dibangun sendiri oleh neraka.

Buru-buru Geni menyelinap di balik pohon besar. Sebuah mobil sedan keluaran terkini berhenti di depan gerbang rumah. Tak seberapa lama pintu gerbang rumah itu berderit membuka. Geni menggunakan binokuler yang tergantung di lehernya untuk mengamati. Seorang perempuan cantik dan tinggi, bergaun merah, keluar dari mobil. Disambut seorang gadis mungil manis yang tergopoh-gopoh mengambil tasnya.

Geni tercekat! binokulernya difokuskan pada si gadis manis. Gadis itu hanya mengenakan anting sebelah. Geni memusatkan perhatian. Hah! anting yang dipakai gadis itu berbentuk bulan sabit!

Geni beralih ke si nyonya yang dengan anggun memasuki halaman rumah. Baju merah! Geni buru-buru merekam warna baju si nyonya. Nanti dia akan membandingkannya dengan sobekan kain yang ada di sakunya.

Pintu gerbang menutup. Geni mengendap-endap di sekeliling rumah besar itu. Memastikan tidak ada CCTV atau semacamnya. Pagar tinggi mengelilingi rumah itu seperti benteng. Tidak ada celah untuk dimasuki. Selain terlalu tinggi, dinding itu juga dipasangi kawat berduri di atasnya.

Tapi Geni tak putus asa. Dia terus berjalan ke belakang. Nah! Itu ada tembok yang lebih rendah. Meskipun nampaknya terpisah dari bangunan utama, siapa tahu ada jalan untuk masuk. Geni memanfaatkan dahan pohon rambutan yang menjorok keluar untuk naik ke atas tembok.

Ya ampuun. Ini tembok di dalam tembok namanya. Geni celingukan di dalam. Tembok yang lebih rendah ini rupanya sebagai pembatas untuk sebuah kolam besar di belakang halaman rumah. Kolam yang keruh dan berbau busuk! Geni menutup hidung dan tidak mau menyelidiki lebih jauh itu kolam apa.

Nah itu dia! Ada pintu kecil. Penghubung antara halaman belakang rumah dengan kolam besar ini. Geni dengan sangat hati-hati mengintip melalui celah pintu. Astaga! Geni terlonjak kaget. Itu pemakaman!

Sebuah pemakaman mewah dan terawat dengan baik. Bahkan dilengkapi dengan taman dan gazebo. Berikut kolam cantik yang dilengkapi air mancur. Ada juga sebuah ruang besar terbuka yang diberi atap. Terlihat mewah dengan kursi-kursi yang tertata rapi.

Geni menggaruk hidungnya. Ini pemakaman atau tempat pesta?

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun