Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Sungai Raksasa)

18 Juni 2018   22:16 Diperbarui: 18 Juni 2018   22:21 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendakian semakin lambat dengan cederanya Cindy.  Menjelang matahari jatuh sepenuhnya di kaki langit, barulah mereka sampai di atas bukit.  Ran yang lebih dulu tiba segera memeriksa keadaan.  Suasana setengah remang-remang memberikan pemandangan yang menakjubkan! 

Bukit sebelah sini tidak terlalu tinggi untuk dituruni.  Di bawah sana terlihat ada tanah lapang yang cocok untuk berkemah.  Tidak jauh lagi di pinggirannya terbentang lautan.  Laut? Ahaa ini menggembirakan!  Ada laut berarti ada pantai.  Ada pantai biasanya ada pemukiman.  Ada pemukiman umumnya ada alat komunikasi.  Mereka bisa menghubungi universitas untuk evakuasi.

Ran ragu-ragu.  Lalu memicingkan matanya memastikan.  Sayup-sayup ada bayangan hitam di pinggiran laut itu.  Jauh memang.  Tapi itu rasanya sebuah tepian.  Dipanggilnya Ben untuk opini kedua.  Dimintanya Ben untuk menggunakan binokuler.

"Coba perhatikan apakah itu laut atau danau Ben?" 

Ben melakukan yang diminta. Dan Ben juga tidak bisa memastikan.  Maklum cahaya memang sudah mulai menghilang. 

Ran memandang sekeliling.  Berhitung apakah mereka harus berkemah di puncak bukit ini atau turun ke tanah lapang di bawah.  Ran memeriksa sekali lagi kondisi Cindy.  Wanita itu kelihatannya sudah membaik.  Nafasnya teratur walau belum siuman.  Warna membiru di wajah dan tubuhnya sudah hilang sepenuhnya.  Ran bernafas lega.

Satu pemeriksaan terakhir di nadi dan mata.  Detak nadi Cindy sangat cepat!  Jauh di atas standar normal!  Ran memucat.  Ini aneh.  Nafas teratur seharusnya detak nadi juga teratur.  Ran membuka mata Cindy yang terpejam.  Hampir saja Ran melompat ke belakang!  Mata Cindy juga aneh.  Keseluruhannya berwarna hitam!

Keputusan dikeluarkan.  Kondisi Cindy yang aneh memerlukan tempat yang layak untuk pemeriksaan.  Dan air!  Perlu air yang cukup untuk kondisi darurat seperti ini.  Perbekalan air mereka hanya cukup untuk malam ini.  Tapi tidak untuk segala macam pemeriksaan.

Dengan kelelahan yang sudah sampai pada puncaknya, rombongan itu menuruni bukit.  Dalam keadaan gelap dan hanya diterangi cahaya sekedarnya dari senter dan lampu badai, perjalanan ke bawah memerlukan hampir 3 jam lamanya.

Semua bernafas luar biasa lega begitu melihat tanah lapang yang mereka lihat dari atas bukit ternyata sangat bagus untuk berkemah.  Terlindungi dari kanan, kiri dan belakang oleh lingkaran perbukitan.  Dan di depan mereka hanya ada permukaan air yang sangat luas.  Lautan.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun