Terjadilah gelombang pengungsian besar-besaran. Â Namun tertahan. Â Tidak ada lagi alat transportasi yang memungkinkan untuk melakukan perjalanan. Â Satu-satunya jalan adalah berjalan kaki.Â
Para penduduk kota dan para perantau berduyun-duyun meninggalkan kota dengan berjalan kaki. Â Susah payah. Â Perlu perlengkapan khusus untuk berjalan di atas lumut. Â Apalagi pabrik yang memproduksi alat-alat tersebut sudah mati. Â Tak ayal kesulitan semakin menjadi.
Sebagian kecil saja yang bertahan dan berhasil sampai keluar kota. Â Menuju desa-desa dan akhirnya tinggal di sana. Sebagian besarnya terjebak di tempat-tempat yang berlumut. Â Tak bisa kemana-mana. Â Tubuh-tubuh kurus mereka akhirnya ditumbuhi lumut. Â Dari kepala hingga ujung kaki. Â Menjadi monumen-monumen kecil berwarna hijau. Â Saksi mati atas peradaban dan cuaca yang dirusak dan dikacau.
-----
Bogor, 17 Juni 2018