Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Skenario Tambahan

9 April 2018   15:45 Diperbarui: 9 April 2018   16:05 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sanday memperhatikan sambil tersenyum lebar.  Skenario tambahannya luar biasa bagus!

Gudang belakang;

Ravi memberi instruksi.  Nova memegangi lehernya yang serasa tercekik.  Matanya mendelik.  Raut mukanya terlihat sangat kesakitan.  Nova terjatuh.  Berkelojotan di lantai gudang.  Darah mengalir melalui hidung, mata dan telinganya.  Ravi bertepuk tangan.  Acting Nova memang luar biasa kalau memerankan film bertema horror.  Sanday memang tidak pernah salah pilih orang.

Sementara itu, Pak Doblang sudah memulai ritualnya.  Diambilnya semacam boneka voodoo yang dililit dengan sobekan kain berwarna merah serta beberapa helai rambut berwarna pirang di atas kepalanya yang bulat.

Pak Doblang mengambil sebuah paku tajam yang sebelumnya direndam dalam sebuah baki berisi darah ayam hitam.  Ditusukkannya paku itu berulang-ulang ke seluruh tubuh boneka itu.  Terakhir paku itu ditancapkan persisi di dada boneka.

Saat Bersamaan di Kamar utama;

Fanta terbeliak kesakitan.  Jeritannya terdengar menyayat hati.  Dari sekujur tubuhnya mengalir darah hitam.  Tidak ada luka di sana namun jelas terlihat darah mengalir deras lewat setiap pori-pori tubuhnya.  Fanta mengakhiri jeritannya yang melengking dengan tubuh terjengkang sambil memegangi dadanya.

Sanday tersenyum puas.  Skenario tambahannya benar-benar sukses berat!

Tempat shooting mendadak histeris.  Dua kematian pada saat hampir bersamaan.  Fanta dan Nova mati dengan cara tidak lazim.

Beredar kabar juga bahwa aktor yang sedianya menjadi pemeran Pak Doblang meninggal secara misterius di rumahnya.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun