Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa-doa dari Pinggiran

25 Maret 2018   10:55 Diperbarui: 25 Maret 2018   11:15 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rodiah bersyukur untuk hari ini.  Tapi tidak meminta ini terjadi berkali-kali.  Dia bersyukur untuk setiap kejadian.  Tidak meminta berlebihan.

-----

Pak Tarmo mengayuh becaknya pelan-pelan.  Dia tidak mampu lagi ngebut karena dibatasi tenaga tua.  Meski penumpangnya berkali-kali mengatakan agar Pak Tarmo cepat karena takut terlambat, Pak Tarmo tetap pada kayuhannya yang semenjana.  Apa adanya.

Penumpang becak itu tidak sabaran. 

"Turun sini saja pak!  Saya bisa terlambat kalau jalannya seperti keong begini.  Berapa?"

Pak Tarmo menghentikan becaknya.  Menjawab sedikit terengah.  Tersenyum pasrah.

"Tidak usah den.  Sebelum sampai tujuan bapak tidak pernah menuntut bayaran.  Nggak apa-apa."

Penumpang itu tetap menggerutu meski tak harus membayar.  Buru-buru mencegat taksi yang lewat.  Dia sengaja tadi naik becak karena taksi susah didapat kalau pagi.

Pak Tarmo menyaksikan taksi itu melesat cepat.  Meminggirkan becaknya di depan toko kelontong.  Dia perlu istirahat.  Lagipula perutnya merintih meminta nasi.  Belum dipenuhinya sejak pagi.

Sanghyang Widi,  terimakasih masih memberiku kekuatan untuk bekerja.  Aku tidak mau tergantung pada anak-anakku yang juga susah.  Berilah terus kekuatan ini.  Sampai kelak aku mati.

Pak Tarmo menggerak-gerakkan bibirnya sambil memandangi langit.  Berharap Tuhan mendengarnya.  Pak Tarmo terjengit sesaat.  Kenapa harus melihat ke atas ya?  Sedangkan Tuhan kan ada di mana-mana.  Malah siapa tahu saat berdoa tadi Tuhan ada di sampingnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun