Lelaki itu bekerja serabutan. Â Jadi loper koran, tukang panggul di pelabuhan, berjualan gorengan dimodali oleh kakaknya. Â Hanya untuk satu tujuan. Â Membeli tiket kereta ke Surabaya setiap Sabtu malam. Â Setelah tiket di tangan, duduk di ruang tunggu, menunggu hingga pukul satu, lalu pulang ke rumah dengan setumpuk kerinduan.Â
Terbayang selalu di benaknya, perempuan yang istrinya menunggu di stasiun Pasar Turi hingga pukul satu dinihari setiap minggunya. Â Oleh karena itu lelaki itu selalu menunggu sampai jam dinding stasiun berdentang satu kali baru dia beranjak pulang. Â Separuh dari janjinya terlaksanakan.
-----
Sabtu, pukul 12 tengah malam. Â Di stasiun Pasar Turi. Â Seorang pemuda gagah dengan tenang mendorong kursi roda dengan seorang perempuan tua di atasnya. Â Penjaga stasiun menganggukkan kepala dan membuka pintu meski berdasarkan peraturan terbaru para penjemput di larang memasuki peron.
Pemuda itu terus mendorong kursi roda ibunya sambil melirik jam tua di dinding stasiun yang berusia lebih tua. Â Sampai di peron, pemuda ini mengunci kursi roda lalu berbisik di telinga ibunya; Ibu, sekarang kita menunggu pukul satu.
------
Bogor, 17 Februari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H