Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pukul Satu

17 Februari 2018   20:22 Diperbarui: 17 Februari 2018   20:32 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kereta terakhir ke Surabaya sudah berangkat.  Lelaki itu masih duduk di ruang tunggu peron jalur dua.  Entah apa yang ditunggunya.  Travel bagberukuran sedang tergeletak di sampingnya.  Sebatang rokok terselip di bibirnya.  Tidak dinyalakan.  Semenjak 4 jam yang lalu.  Begitu dia memutuskan duduk di situ.

Ruang tunggu kosong.  Hanya lelaki misterius itu yang sepertinya masih menunggu sesuatu.  Wajahnya tertutupi rambut panjang acak-acakan.  Tidak nampak terlalu jelas.  Sebuah handphone di tangan kanan dipandanginya sekejap.  Lalu berdiam lagi.  Tak beda dengan Stasiun Gambir tempatnya duduk yang memutuskan untuk terlelap sedari tadi.

Jam tua di dinding yang terkelupas berdentang sekali.  Lelaki itu mengangkat muka.  Meraih tasnya lalu beranjak menuju pintu keluar stasiun.  Sudah pukul satu.  Saatnya pulang ke rumah.  Dia telah menepati waktu.

------

Di Surabaya.  Kereta terakhir tiba.  Seorang perempuan muda membetulkan posisi bayinya yang tertidur di gendongan.  Begitu rangkaian gerbong terakhir berhenti.  Perempuan itu menatap dengan harap-harap cemas kepada rombongan orang yang turun. 

Pandangan matanya meredup waktu orang terakhir yang turun bukan orang yang diharapkannya.  Pecahan kaca mengalir keluar dari matanya.  Menelusuri pipinya yang cekung dan jatuh di dahi bayinya yang masih tertidur pulas.

Perempuan itu beranjak dengan letih.  Tepat saat dentang jam sekali mengisi sunyi dinihari.  Lelaki yang diharapkan menjemputnya belum juga datang.  Tapi, paling tidak dia telah menepati waktu. 

-----

"Aku akan menjemputmu ke Surabaya dik.  Tunggulah kereta terakhir yang datang dari Jakarta di hari Minggu.  Biasanya pukul satu dinihari."

Lelaki itu mengatakan hal yang sama berulang-ulang saat mereka berdua bertemu terakhir kali 3 tahun yang lalu di stasiun Tugu Yogyakarta.  Setelahnya mereka berpisah.  Lelaki itu menuju Jakarta.  Perempuan itu naik kereta ke Surabaya.

Itu terjadi sebelum kejadian dramatis sesudahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun