Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Reinkarnasi

21 November 2017   07:33 Diperbarui: 22 November 2017   17:45 2010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah museum tua yang masih terawat dengan sempurna, Raja memperhatikan lukisan itu lekat-lekat.  Ada yang menarik perhatiannya.  Lukisan itu seolah hidup dan menatapnya sambil tersenyum.  Sesosok tubuh perempuan cantik luar biasa yang berpakaian putri raja.  Sosok lukisan sang putri legenda, Putri Dyah Pitaloka.

Raja melayangkan ingatan pada buku sejarah, hikayat dan dongeng yang telah habis dilalapnya sejak SMP.  Ada dua wanita yang selalu mampir dalam ingatannya.  Bahkan seperti hidup dan tergambar jelas di ruang otaknya.  Putri Dyah Pitaloka dan Ratu Laut Selatan.

Buku-buku yang dibacanya tidak ada yang mengilustrasikan secara jelas seperti apa dua sosok itu.  Tapi Raja mengolahnya dalam kepala dengan begitu detail.  Terutama Putri Dyah Pitaloka.  Karena menciptakan sosok utuh Ratu Laut Selatan di otaknya selalu terhalang oleh sesuatu yang Raja juga tidak paham.

------

Raja memalingkan muka ketika sebuah suara menyapa telinganya.  Lirih tapi terdengar sangat jelas sekali,

"Raja..." 

Raja menoleh kesana kemari.  Tidak ada siapa-siapa.  Kebetulan museum memang sedang sepi karena bukan hari libur.  Beberapa pengunjung sedang asyik di ruang sebelah.  Menikmati cerita dari pemandu yang bersemangat bercerita tentang kerajaan Pajajaran.

"Raja..." kembali bisikan lirih itu memanggil.  Raja merinding.  Suara itu begitu jelas seolah yang berbicara ada di sampingnya.  Buru-buru pemuda ini hendak beralih ke ruang sebelah yang masih ramai.  Sambil berjalan pergi, Raja melirik lukisan itu sekali lagi. 

Ya Tuhan!  Senyum yang tadi tersungging begitu manis lenyap! Wajah cantik dalam lukisan itu cemberut!

Duh, wajah Raja memucat seketika.  Dia memberanikan diri mendekati lukisan itu lagi untuk memastikan penglihatannya.  Bibir merah delima di lukisan itu membentuk senyuman lagi! 

"Raja..."  Bisikan itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun