Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Panggung Ronggeng Gentayangan

24 Oktober 2017   07:35 Diperbarui: 24 Oktober 2017   08:05 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari yang cukup melelahkan bagi Satria.  Ini persiapan akhir untuk pentas seni di kampus. Malam nanti mereka akan pentas.  Perlu waktu berminggu-minggu dia dan teman-temannya mempersiapkan segalanya.  Kostum, alur cerita, pemeran, dan sebagainya.  Mereka akan memanggungkan cerita Ronggeng Gentayangan.  Sebuah cerita misteri rakyat yang telah hidup puluhan tahun.  Cukup unik dan menyeramkan untuk memeriahkan suasana malam pagelaran kampus yang biasanya hanya diisi dengan dance, chaca dan tango.

Setting cerita sudah jadi.  Tokoh-tokoh sentral sudah dipilih.  Gadis akan memerankan diri sebagai Ronggeng Lasmi.  Temannya yang bengal, Roger menjadi Broto, juragan kaya raya yang kelak akan memperkosa dan membunuh Lasmi karena cintanya ditolak mentah-mentah.  Beberapa temannya yang lain berbagi peran pembantu untuk mendukung dramatisasi cerita.

Satria sendiri adalah sutradaranya.  Pemuda berbakat yang nyentrik dan sering memasukkan unsur klenik ketika membuat cerita atau drama.  Pemuda ini bahkan meluangkan waktu secara khusus untuk survey lapangan ke Desa Sukajaya yang merupakan asal muasal ronggeng di tlatah sunda.  Satria menyempatkan diri untuk berziarah ke makam tua Ronggeng Lasmi.  Memenuhi keingintahuannya agar lengkap semua skenario yang sudah ditulisnya.  Satria juga memberanikan diri mengambil sedikit tanah dari makam tua itu untuk kelengkapan sesajian nanti pada saat pentas.

--------

4 jam sebelum acara. Satria menatap panggung di depannya dengan perasaan masygul.  Sebuah kabar mengejutkan baru diterimanya.  Gadis tidak bisa ikut pementasan karena mendadak demam tinggi dan harus dibawa ke rumah sakit. 

Duuh, mau tidak mau Clara harus menggantikannya.  Untunglah Satria selalu mempersiapkan rencana cadangan untuk para pemeran.  Dia tidak terlalu sreg dengan Clara.  Cewek itu terlalu berimprovisasi liar.  Bahkan cenderung ke arah vulgar.  Tapi bagaimana lagi?  Tidak ada pilihan lain.

Satria segera berkoordinasi dengan teman-temannya.  Clara akan menggantikan Gadis memerankan Ronggeng Lasmi.  Tentu saja Clara kegirangan.  Ini adalah kesempatan baik baginya untuk menunjukkan kepada Satria bahwa dia lebih baik dari Gadis.  Sudah bukan rahasia lagi bahwa kedua gadis itu saling bersaing menarik perhatian Satria.  Pemuda populer yang tampan, pintar dan menonjol di kampus.

--------

1 jam sebelum acara.  Satria sudah membereskan semuanya.  Termasuk berbicara khusus dengan Clara, 

"Ingat Clara!  Kamu tidak boleh berimprovisasi berlebihan.  Kita akan kehilangan roh dari cerita jika kamu melakukan itu..." pesan tegas Satria kepada Clara yang mengangguk mengiyakan tapi pikirannya sudah melayang ke panggung yang akan dibuatnya heboh nanti.  

Satria juga memberi pesan khusus untuk Roger,

"Ro, jangan macam-macam ya?  Kamu memang playboy yang sesungguhnya di kehidupan nyata.  Tapi jangan sampai kamu acting beneran saat menggoda Clara nanti.  Itu bisa saja kamu lakukan soalnya kamu agak gila Ro.."

Roger terkekeh.  Pemuda tengil dan begajulan namun berbakat seni peran ini membayangkan ide-ide liar di kepalanya.  Hmmmm, Clara.  Tidak secantik Gadis, tapi tubuhnya lebih molek!  Dia harus acting habis-habisan.  Acara ini harus sukses dengan totalitas para pemerannya.  Masalah senggol-senggol dan towel-towel itu tuntutan panggung.  Satria tidak bisa mencegahnya jika dia sudah berada di sana.

-------

Inilah saatnya.  Puncak acara pagelaran.  Pertunjukan Ronggeng Gentayangan!  Teriakan pemandu acara mengagetkan Satria.  Buru-buru pemuda ini memberi isyarat kepada semua teman-temannya di belakang panggung.  Semua mengiyakan isyarat Satria dengan wajah wajah tegang.  Maklumlah, ini pertunjukan serius pertama mereka memanggungkan cerita misteri yang melegenda.

Pertunjukan dimulai!  Layar besar digital yang melatar belakangi panggung adalah suasana malam di Desa Sukajaya.  Satria yang genius sengaja mengambil video itu saat melakukan survey.  Adegan demi adegan berjalan dengan mulus dan lancar.  Satria tersenyum menyaksikan semua temannya berusaha total dalam menjalankan peran masing-masing.  Apalagi setelah dilihatnya para penonton terkesima dan tidak ada yang beranjak dari tempatnya.

Adegan sampai pada puncaknya.  Inilah saat Ronggeng Lasmi diperkosa dan akhirnya dibunuh oleh juragan Broto.  Clara naik ke panggung dan menari-nari.  Gending rancak yang mengiringi membuat tarian itu makin lama makin memanas.  Satria melotot!  Clara mulai mencopoti semua pakaian luarnya!  Sekarang yang tersisa hanya kemben tipis di tubuhnya!

Ini gila!  Ah gadis itu memang liar! Satria membatin dengan gemas.  Apalagi setelah dilihatnya Roger yang memerankan juragan Broto ikut-ikutan liar.  Pemuda itu ikut menari-nari dengan ganas.  Seperti cerita jaman dulu ketika lelaki terpengaruh pada tarian ronggeng yang panas.

Satria menghela nafas panjang menenteramkan hatinya yang mendidih.  Dirabanya tas pinggang untuk mengambil bungkusan rokok.  Biarlah mereka dengan apa maunya.  Dia tak peduli lagi. 

Tangan Satria menyentuh bungkusan plastik kecil di tas pinggangnya.  Pemuda ini tertegun.  Ah kenapa aku tadi lupa menaburkan tanah makam ini sebelum pertunjukan dimulai?  Satria langsung saja berlari tergesa-gesa ke belakang panggung.  Dibukanya plastik kecil itu lalu ditebarkannya tanah yang diambilnya dari makam Ronggeng Lastri di sudut panggung.

--------

Satria terperanjat bukan main! Suara musik di panggung berubah aneh.  Mengalun pilu dan mengaduk perasaan begitu dalam.  Ini tidak ada dalam skenarionya!  Satria menoleh kepada Rio yang bertanggung jawab terhadap sound di belakang panggung.  Rio mengangkat bahu sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Satria mengalihkan pandangan lagi ke panggung.  Dilihatnya adegan juragan Broto sedang berusaha memperkosa Ronggeng Lasmi.  Tubuh penari itu memberontak hebat saat dipegangi erat oleh para centengnya.  Tiga laki-laki pemeran centeng itu terlempar keluar panggung ketika Clara menjerit tinggi sambil mengangkat tubuhnya yang setengah telanjang. 

Gadis pemeran Ronggeng Lasmi itu mendekati Roger yang sedang terbelalak ketakutan melihatnya.  Dalam pandangan pemuda pemeran juragan Broto ini, Clara yang tadinya begitu seksi dan menarik, berubah menjadi bengis dan menakutkan.  Wajahnya yang cantik tetap cantik.  Tubuhnya yang molek tetap molek.  Tapi itu bukan Clara!  Itu wajah seseorang yang tidak dikenalnya.

Satria dari belakang juga menyaksikan hal yang sama.  Dilihatnya Ronggeng Lasmi mendekati Juragan Broto.  Memeluknya erat sambil terus menjerit menyayat hati.  Satria melihat kuku jari Ronggeng Lasmi memanjang berkilat-kilat.  Gending yang mengalun sekarang berubah mengerikan karena diselingi oleh suara melolong panjang anjing-anjing di sekitaran kampus.

Satria melihat dengan jantung hampir copot ketika Ronggeng Lasmi mencium Juragan Broto sembari menggoreskan kuku panjangnya ke leher lelaki itu! 

Darah mengucur deras dari leher Roger yang sekarang tergeletak di panggung.  Ronggeng Lasmi sendiri menghilang! Satria kelabakan!  Ini benar-benar di luar skenario.  Pemuda ini hampir pingsan ketika team kesehatan menggeleng-gelengkan kepala setelah memeriksa Roger sambil memberi isyarat kepadanya.  Satria berlari ke belakang menuju toilet.  Perutnya bergolak tidak karuan.  Dia ingin muntah.

Kejadian ini sama sekali tidak diduganya.  Terdorong oleh kepanikan dan muntah sudah sampai di kerongkongan, tanpa sadar lagi Satria mendorong pintu toilet wanita.  Masuk ke dalam untuk menyaksikan sosok tubuh Clara tergeletak masih dengan lengkap dengan baju panggungnya.  Wajahnya pucat dan membiru dengan mata terbuka melotot ketakutan.  Satria meraba urat nadi gadis itu.  Tidak ada lagi!  Clara sudah mati!

Jadi di panggung tadi siapa?

Jakarta, 23 September 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun