Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Panggung Ronggeng Gentayangan

24 Oktober 2017   07:35 Diperbarui: 24 Oktober 2017   08:05 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Satria mengalihkan pandangan lagi ke panggung.  Dilihatnya adegan juragan Broto sedang berusaha memperkosa Ronggeng Lasmi.  Tubuh penari itu memberontak hebat saat dipegangi erat oleh para centengnya.  Tiga laki-laki pemeran centeng itu terlempar keluar panggung ketika Clara menjerit tinggi sambil mengangkat tubuhnya yang setengah telanjang. 

Gadis pemeran Ronggeng Lasmi itu mendekati Roger yang sedang terbelalak ketakutan melihatnya.  Dalam pandangan pemuda pemeran juragan Broto ini, Clara yang tadinya begitu seksi dan menarik, berubah menjadi bengis dan menakutkan.  Wajahnya yang cantik tetap cantik.  Tubuhnya yang molek tetap molek.  Tapi itu bukan Clara!  Itu wajah seseorang yang tidak dikenalnya.

Satria dari belakang juga menyaksikan hal yang sama.  Dilihatnya Ronggeng Lasmi mendekati Juragan Broto.  Memeluknya erat sambil terus menjerit menyayat hati.  Satria melihat kuku jari Ronggeng Lasmi memanjang berkilat-kilat.  Gending yang mengalun sekarang berubah mengerikan karena diselingi oleh suara melolong panjang anjing-anjing di sekitaran kampus.

Satria melihat dengan jantung hampir copot ketika Ronggeng Lasmi mencium Juragan Broto sembari menggoreskan kuku panjangnya ke leher lelaki itu! 

Darah mengucur deras dari leher Roger yang sekarang tergeletak di panggung.  Ronggeng Lasmi sendiri menghilang! Satria kelabakan!  Ini benar-benar di luar skenario.  Pemuda ini hampir pingsan ketika team kesehatan menggeleng-gelengkan kepala setelah memeriksa Roger sambil memberi isyarat kepadanya.  Satria berlari ke belakang menuju toilet.  Perutnya bergolak tidak karuan.  Dia ingin muntah.

Kejadian ini sama sekali tidak diduganya.  Terdorong oleh kepanikan dan muntah sudah sampai di kerongkongan, tanpa sadar lagi Satria mendorong pintu toilet wanita.  Masuk ke dalam untuk menyaksikan sosok tubuh Clara tergeletak masih dengan lengkap dengan baju panggungnya.  Wajahnya pucat dan membiru dengan mata terbuka melotot ketakutan.  Satria meraba urat nadi gadis itu.  Tidak ada lagi!  Clara sudah mati!

Jadi di panggung tadi siapa?

Jakarta, 23 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun