"Ro, jangan macam-macam ya? Â Kamu memang playboy yang sesungguhnya di kehidupan nyata. Â Tapi jangan sampai kamu acting beneran saat menggoda Clara nanti. Â Itu bisa saja kamu lakukan soalnya kamu agak gila Ro.."
Roger terkekeh. Â Pemuda tengil dan begajulan namun berbakat seni peran ini membayangkan ide-ide liar di kepalanya. Â Hmmmm, Clara. Â Tidak secantik Gadis, tapi tubuhnya lebih molek! Â Dia harus acting habis-habisan. Â Acara ini harus sukses dengan totalitas para pemerannya. Â Masalah senggol-senggol dan towel-towel itu tuntutan panggung. Â Satria tidak bisa mencegahnya jika dia sudah berada di sana.
-------
Inilah saatnya. Â Puncak acara pagelaran. Â Pertunjukan Ronggeng Gentayangan! Â Teriakan pemandu acara mengagetkan Satria. Â Buru-buru pemuda ini memberi isyarat kepada semua teman-temannya di belakang panggung. Â Semua mengiyakan isyarat Satria dengan wajah wajah tegang. Â Maklumlah, ini pertunjukan serius pertama mereka memanggungkan cerita misteri yang melegenda.
Pertunjukan dimulai! Â Layar besar digital yang melatar belakangi panggung adalah suasana malam di Desa Sukajaya. Â Satria yang genius sengaja mengambil video itu saat melakukan survey. Â Adegan demi adegan berjalan dengan mulus dan lancar. Â Satria tersenyum menyaksikan semua temannya berusaha total dalam menjalankan peran masing-masing. Â Apalagi setelah dilihatnya para penonton terkesima dan tidak ada yang beranjak dari tempatnya.
Adegan sampai pada puncaknya. Â Inilah saat Ronggeng Lasmi diperkosa dan akhirnya dibunuh oleh juragan Broto. Â Clara naik ke panggung dan menari-nari. Â Gending rancak yang mengiringi membuat tarian itu makin lama makin memanas. Â Satria melotot! Â Clara mulai mencopoti semua pakaian luarnya! Â Sekarang yang tersisa hanya kemben tipis di tubuhnya!
Ini gila! Â Ah gadis itu memang liar! Satria membatin dengan gemas. Â Apalagi setelah dilihatnya Roger yang memerankan juragan Broto ikut-ikutan liar. Â Pemuda itu ikut menari-nari dengan ganas. Â Seperti cerita jaman dulu ketika lelaki terpengaruh pada tarian ronggeng yang panas.
Satria menghela nafas panjang menenteramkan hatinya yang mendidih. Â Dirabanya tas pinggang untuk mengambil bungkusan rokok. Â Biarlah mereka dengan apa maunya. Â Dia tak peduli lagi.Â
Tangan Satria menyentuh bungkusan plastik kecil di tas pinggangnya. Â Pemuda ini tertegun. Â Ah kenapa aku tadi lupa menaburkan tanah makam ini sebelum pertunjukan dimulai? Â Satria langsung saja berlari tergesa-gesa ke belakang panggung. Â Dibukanya plastik kecil itu lalu ditebarkannya tanah yang diambilnya dari makam Ronggeng Lastri di sudut panggung.
--------
Satria terperanjat bukan main! Suara musik di panggung berubah aneh. Â Mengalun pilu dan mengaduk perasaan begitu dalam. Â Ini tidak ada dalam skenarionya! Â Satria menoleh kepada Rio yang bertanggung jawab terhadap sound di belakang panggung. Â Rio mengangkat bahu sambil menggeleng-gelengkan kepala.