Semua menoleh kepada Febi. Â Lalu masing masing mencoba melakukan identifikasi suara yang masih mengalun merdu itu. Â serempak mereka mengangguk angguk. Â Febi melihat Silvi memucat sejenak. Â Namun setelah itu menitikkan airmata. Â Febi memegang pundak sahabatnya bertanya kenapa menangis.
"Aku sebelumnya merasa aku sedang jatuh cinta kepada Fadil. Â Tapi sekarang aku benar benar yakin bahwa aku jatuh cinta sama dia." Â Silvi menjawab sambil mengusap sepasang matanya yang terus membasah.
Febi tersenyum. Â Memeluk sahabatnya. Â Tulus dan bersyukur. Â Ada pahit singgah di relung hatinya. Â Tapi Febi menyingkirkannya dengan segera. Berpamit untuk ke belakang kepada teman temannya. Â Di luar mesjid, Febi membuka tas dan mengeluarkan sebuah surat berwarna merah jambu. Â Merobeknya pelan. Â Demi sebuah perubahan bagi sahabatnya. Â Ujarnya berbisik. Â Membuang sobekan sobekan puisi dan surat cinta Fadil kepadanya.
---------
Jakarta, 14 Juni 2017
----------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H