Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Tulus

14 Juni 2017   18:46 Diperbarui: 14 Juni 2017   18:51 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semua menoleh kepada Febi.  Lalu masing masing mencoba melakukan identifikasi suara yang masih mengalun merdu itu.  serempak mereka mengangguk angguk.  Febi melihat Silvi memucat sejenak.  Namun setelah itu menitikkan airmata.  Febi memegang pundak sahabatnya bertanya kenapa menangis.

"Aku sebelumnya merasa aku sedang jatuh cinta kepada Fadil.  Tapi sekarang aku benar benar yakin bahwa aku jatuh cinta sama dia."  Silvi menjawab sambil mengusap sepasang matanya yang terus membasah.

Febi tersenyum.  Memeluk sahabatnya.  Tulus dan bersyukur.  Ada pahit singgah di relung hatinya.  Tapi Febi menyingkirkannya dengan segera. Berpamit untuk ke belakang kepada teman temannya.  Di luar mesjid, Febi membuka tas dan mengeluarkan sebuah surat berwarna merah jambu.  Merobeknya pelan.  Demi sebuah perubahan bagi sahabatnya.  Ujarnya berbisik.  Membuang sobekan sobekan puisi dan surat cinta Fadil kepadanya.

---------

Jakarta, 14 Juni 2017

----------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun