Gadis cantik yang tidak berdaya itu mendadak terbangun. Â Seperti dituntun aliran misteri yang tidak bisa dijelaskan, gadis ini mulai menari nari. Â Tubuhnya yang basah kuyup disiram air kembang dua ember penuh oleh Mbah Serni, bergerak gerak gemulai mengikuti tembang Lingsir Wengi yang tak henti henti dikumandangkan.
Suara ketawa mengerikan berkelebat kelebat menggantikan suara jangkrik dan binatang malam. Â Kuntilanak yang diundang mulai berdatangan. Â Mbah Serni menghentikan tembangnya. Â Gadis cantik itu langsung tergeletak tak berdaya kembali. Â Mbah Serni menengok kanan kiri.
Baron belum juga datang.
------
Perkelahian tak terelakkan. Â Para pemburu darah memang terdiri dari beberapa orang. Â Namun mereka berhadapan dengan Baron. Â Algojo persembahan yang tak terkalahkan. Â Para pemburu darah kewalahan. Â Satu persatu bergelimpangan menyerahkan nyawa di tangan jagoan dan centeng belanda itu.
Urusan selesai. Â Baron melompat lagi ke atas kudanya. Â Waktunya tinggal sedikit. Â Ritual persembahan malam ini pasti menunggu dirinya datang dengan sangat gelisah.
------
Mbah Serni sekarang kewalahan. Â Tembang lingsir wenginya mendatangkan puluhan kuntilanak yang sekarang beterbangan. Â Haus akan darah si gadis cantik yang tetap tergeletak tak berdaya. Â Baron sangat terlambat. Â Keadaan akan kacau sebentar lagi. Â Dia adalah dukun terhebat. Â Namun menghadapi gelombang kemarahan para makhluk itu, dia tidak yakin bisa mengatasinya.
Suara derap kaki kuda mendatangi dengan tergesa gesa. Â Baron melompat turun. Menyambar belati di pinggangnya yang masih bergelimang darah para pemburu darah. Â Menuju ke panggung. Â Si gadis cantik tergolek lemah dengan tangan yang terpentang. Â Baron memegang belati di tangan kanan, pergelangan tangan si gadis di tangan kiri.Â
Baron mengangat tangannya. Â Belatinya bergetar. Â Para kuntilanak mengikik tertawa. Â Persembahan darah bagi mereka tak lama lagi tiba. Â Timbal baliknya sederhana. Â Tidak ada pageblug lagi menyelimuti desa.
------