Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Algojo Persembahan Darah

31 Mei 2017   22:56 Diperbarui: 31 Mei 2017   23:38 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kyai Sepuh bersila di depan murid muridnya.  Ingin menceritakan sebuah kisah yang bisa menggugah.  Apa arti kekuatan Tuhan di balik semua ketidakberdayaan;

------

Baron melarikan kudanya kencang kencang.  Dia harus tiba tepat waktu.  Riual persembahan itu perlu dirinya.  Dialah yang harus mengiris pergelangan si gadis persembahan.  Itu syaratnya. 

------

Suara tetabuhan mengiris nadi malam.  Begitu miris menyedot sukma.  Kendang dihentak pelan.  Memberi gugup pada purnama yang sedang memanjat langit.  Gending Lingsir Wengi menyayat hati keluar dari mulut seorang sinden yang bersimpuh di pojokan.  Mbah Serni berkomat kamit membaca mantra mantra.  Entah apa yang dibacanya tapi itu membuat jantung siapapun di sekitar sana berdebar debar menunggu apa yang akan terjadi.

Seorang gadis berparas cantik tergeletak tak berdaya di tengah kerumunan belasan orang.  Di atas panggung kecil yang sengaja dibuat di tengah tengah hutan kecil kampung itu.

Ritual persembahan sudah dimulai.  Baron belum kelihatan.

------

Baron menghentikan kudanya secara tiba tiba.  Di depannya berdiri segerombolan orang mengenakan baju merah merah.  Ah, para pemburu darah mencegatnya!  Baron paham bahwa sekarang dia berhadapan dengan pertaruhan hidup dan mati.  Para pemburu darah adalah orang orang yang tidak sekedar haus darah.  Namun memang benar benar penyuka darah.

Baron melompat turun dari kudanya.  Bersiap siap.  Akan ada pertumpahan darah.

------

Gadis cantik yang tidak berdaya itu mendadak terbangun.  Seperti dituntun aliran misteri yang tidak bisa dijelaskan, gadis ini mulai menari nari.  Tubuhnya yang basah kuyup disiram air kembang dua ember penuh oleh Mbah Serni, bergerak gerak gemulai mengikuti tembang Lingsir Wengi yang tak henti henti dikumandangkan.

Suara ketawa mengerikan berkelebat kelebat menggantikan suara jangkrik dan binatang malam.  Kuntilanak yang diundang mulai berdatangan.  Mbah Serni menghentikan tembangnya.  Gadis cantik itu langsung tergeletak tak berdaya kembali.  Mbah Serni menengok kanan kiri.

Baron belum juga datang.

------

Perkelahian tak terelakkan.  Para pemburu darah memang terdiri dari beberapa orang.  Namun mereka berhadapan dengan Baron.  Algojo persembahan yang tak terkalahkan.  Para pemburu darah kewalahan.  Satu persatu bergelimpangan menyerahkan nyawa di tangan jagoan dan centeng belanda itu.

Urusan selesai.  Baron melompat lagi ke atas kudanya.  Waktunya tinggal sedikit.  Ritual persembahan malam ini pasti menunggu dirinya datang dengan sangat gelisah.

------

Mbah Serni sekarang kewalahan.  Tembang lingsir wenginya mendatangkan puluhan kuntilanak yang sekarang beterbangan.  Haus akan darah si gadis cantik yang tetap tergeletak tak berdaya.  Baron sangat terlambat.  Keadaan akan kacau sebentar lagi.  Dia adalah dukun terhebat.  Namun menghadapi gelombang kemarahan para makhluk itu, dia tidak yakin bisa mengatasinya.

Suara derap kaki kuda mendatangi dengan tergesa gesa.  Baron melompat turun. Menyambar belati di pinggangnya yang masih bergelimang darah para pemburu darah.  Menuju ke panggung.  Si gadis cantik tergolek lemah dengan tangan yang terpentang.  Baron memegang belati di tangan kanan, pergelangan tangan si gadis di tangan kiri. 

Baron mengangat tangannya.  Belatinya bergetar.  Para kuntilanak mengikik tertawa.  Persembahan darah bagi mereka tak lama lagi tiba.  Timbal baliknya sederhana.  Tidak ada pageblug lagi menyelimuti desa.

------

Gadis cantik korban persembahan tersadar sepenuhnya.  Dirinya sekarang adalah seekor domba.  Teringat kisah ayahnya sewaktu dia masih kecil hingga remaja.  Tidak ada tempat berpaling yang paling tepat kecuali kepada Yang Maha Kuasa. 

Gadis itu membasahi matanya dengan airmata.  Penuh penyerahan.  Tatapannya tertuju kepada langit yang mulai tersirami cahaya bulan.  Dia tahu tahu Tuhan ada di sana. 

------

Baron menggigil.  Angin sedingin es menyerang seluruh tubuhnya.  Tangannya yang memegang belati kaku seperti patung kayu.  Sang algojo kehilangan daya sama sekali.  Para kuntilanak menjerit jeritkan kemarahan.  Mbah Serni merasakan jarum jarum setajam duri landak memasuki tubuhnya.  Para pengikut persembahan bergeletakan di sembarang tempat.  Cahaya bulan menghukum mereka.  Malam mencambuki mereka dengan cemeti kegelapan.

Semua diakhiri dengan gelegar halilintar.  Tempat itu diterangi sinar seterang cahaya matahari.  anak anak petir itu menyambar Baron, Mbah Serni dan para kuntilanak yang sekarang merintih rintih mohon ampunan.  Semuanya hangus terbakar tanpa sisa.  Hanya tinggal abu berserakan yang ditolak oleh tanah yang ikut marah pada ketidakadilan.

------

Pak Kyai menyudahi ceritanya.  Murid muridnya menghela nafas lega.  Kisah ini berakhir dengan mengatakan siapa sebenarnya yang berkuasa di dunia.

Jakarta, 31 Mei 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun