Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Pena Berbulu

28 Mei 2017   22:32 Diperbarui: 28 Mei 2017   22:48 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hangga bermimpi.  Artikelnya akhirnya selesai.  Namun Pak Banda sama sekali tidak puas dengan hasil karyanya.  Memaki maki tidak karuan.  Matanya mendelik liar.  Nafasnya ngos ngosan seperti keluar api.  Pisau di tangan kanannya terangkat di depannya.  Hangga terengah engah.  Dia harus lari!  Ini sudah tidak masuk akal!

Di tempat lain.  Rhonda mengakhiri tulisannya sambil tersenyum penuh ejekan tanpa disadarinya; Pisau itu turun dengan cepat mengarah ke jantung si pemuda yang tidak berdaya.  Menembus hingga ke tulang belikatnya.  Pemuda itu tergeletak bersimbah darah.  Darah mengalir ke artikel yang masih dipegangnya.

Hangga kehabisan nafas dengan cepat.  Terlalu banyak darah.  Apalagi pisau itu tepat mengarah jantung.  Nyawanya melenyap bersamaan dengan matinya layar monitor di depannya.

Tepat saat di tempat lain Rhonda menuliskan kata TAMAT dengan pena berbulunya.

Batam, 28 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun