Hangga bermimpi. Â Artikelnya akhirnya selesai. Â Namun Pak Banda sama sekali tidak puas dengan hasil karyanya. Â Memaki maki tidak karuan. Â Matanya mendelik liar. Â Nafasnya ngos ngosan seperti keluar api. Â Pisau di tangan kanannya terangkat di depannya. Â Hangga terengah engah. Â Dia harus lari! Â Ini sudah tidak masuk akal!
Di tempat lain. Â Rhonda mengakhiri tulisannya sambil tersenyum penuh ejekan tanpa disadarinya; Pisau itu turun dengan cepat mengarah ke jantung si pemuda yang tidak berdaya. Â Menembus hingga ke tulang belikatnya. Â Pemuda itu tergeletak bersimbah darah. Â Darah mengalir ke artikel yang masih dipegangnya.
Hangga kehabisan nafas dengan cepat. Â Terlalu banyak darah. Â Apalagi pisau itu tepat mengarah jantung. Â Nyawanya melenyap bersamaan dengan matinya layar monitor di depannya.
Tepat saat di tempat lain Rhonda menuliskan kata TAMAT dengan pena berbulunya.
Batam, 28 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H