Dalam konteks pendidikan, konsep bahwa anak bukanlah tabula rasa menekankan pentingnya memperhatikan karakteristik dan potensi unik setiap anak dalam proses pembelajaran. Hal ini mengharuskan pendidik dan orang tua untuk memberikan lingkungan yang sesuai dengan karakteristik dan kecenderungan alami anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Dalam pendekatan pendidikan seperti Montessori dan Taman Anak Froebel, konsep ini diwujudkan melalui penggunaan metode yang menempatkan anak sebagai subjek pembelajaran dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengeksplorasi dan mengembangkan minat mereka sendiri. Pendidik bertindak sebagai fasilitator, memberikan bimbingan dan dukungan untuk membantu anak belajar dan tumbuh sesuai dengan potensi mereka.
ANALOGI PETANI UNTUK MENJELASKAN KODRAT ANAK
Analogi petani juga menekankan bahwa setiap tanaman memiliki karakteristik yang unik, seperti halnya setiap anak memiliki karakteristik dan kecenderungan alami yang membentuk potensi mereka. Seorang petani perlu memahami karakteristik tanaman yang ia tanam agar dapat memberikan perawatan yang tepat, begitu pula seorang pendidik atau orang tua perlu memahami karakteristik dan kecenderungan alami anak untuk dapat memberikan lingkungan dan bimbingan yang sesuai.
Konsep kodrat anak mengajarkan bahwa anak memiliki potensi yang unik dan alamiah untuk tumbuh dan berkembang, dan sebagai pendidik atau orang tua, kita perlu memberikan perhatian dan dukungan yang tepat agar potensi anak dapat berkembang secara optimal. Analogi petani adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep ini dengan cara yang mudah dipahami. Tidak mungkin menanam padi akan berharap memanen jagung, begitupun sebaliknya. Padi akan tumbuh menjadi padi, dan berhasil memanennya. Sehingga, tugas guru dan orang tua berupaya memeliharanya dari berbagai potensi gangguan.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang memerdekakan merupakan filosofi yang selaras dengan pemikiran beberapa tokoh pendidikan lainnya, seperti Maria Montessori dan Friedrich Froebel.
Maria Montessori, seorang dokter dan pendidik asal Italia, mengembangkan metode pendidikan Montessori yang berfokus pada pengembangan potensi anak secara holistik, melalui pemberian kebebasan dan kemandirian pada anak dalam proses pembelajaran. Konsep kebebasan dan kemandirian ini juga merupakan bagian dari konsep pendidikan yang memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara. Montessori juga mengajarkan konsep belajar melalui pengalaman, yang serupa dengan prinsip pembelajaran melalui pengalaman dalam pendekatan KHD.
Sementara itu, Friedrich Froebel, seorang pendidik Jerman, menciptakan konsep Taman Anak (Kindergarten) yang memfokuskan pada pembelajaran melalui permainan dan kegiatan yang kreatif. Froebel mengajarkan pentingnya pengembangan bakat dan potensi anak, serta pengenalan nilai-nilai moral dan sosial dalam proses pembelajaran. Konsep ini juga sejalan dengan prinsip pendidikan yang memerdekakan menurut KHD, yang mengajarkan pentingnya pengembangan potensi individu dan memperhatikan aspek moral dan sosial dalam proses pendidikan.
Dalam keseluruhan, para tokoh pendidikan ini memiliki kesamaan dalam pandangan bahwa pendidikan seharusnya memperhatikan keunikan dan potensi individu, serta memberikan kebebasan dan kemandirian pada siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, mereka juga mengajarkan pentingnya pengembangan nilai-nilai moral dan sosial dalam proses pendidikan. Prinsip-prinsip ini kemudian menjadi acuan dalam pengembangan metode-metode pendidikan yang lebih holistik dan memerdekakan, termasuk dalam pendekatan Ki Hajar Dewantara.
Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila
Filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila adalah siswa yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila, mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat memperjuangkan nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat.