Mohon tunggu...
Millentian Noor
Millentian Noor Mohon Tunggu... Freelancer - freshgraduate

penulisnya lagi semangatin diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahaya dalam Media Sosial

15 Juli 2021   23:55 Diperbarui: 16 Juli 2021   00:04 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pemanfaatan teknologi dan sosial media di masa pandemi sekarang ini memanglah sangat membantu kita dalam melakukan aktivitas sehari hari bahkan aktivitas penting seperti bekerja dan belajar yang diharuskan dilakukan dirumah. Kehadiran media sosial juga membantu kita dalam berbagai hal. Mulai dari menemukan konten menarik yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Sampai berbagai konten bermanfaat seperti konten memasak, hiburan, hingga berbagai macam konten pembelajaran. Dengan menggunakan media sosial kita juga dapat menemukan berita terkini dengan cepat pada halaman depan media sosial yang kita gunakan. Dan jangan lupakan peran penting media sosial dalam melakukan iklan yang sangat memiliki pengaruh yang cukup besar. Diambil dari databoks.katadata.co.id menuliskan bahwa hasil riset dari Wearesosial Hootsuite pada Januari 2019 yang menunjukan bahwa pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56 % dari total populasi.

Namun dibalik kehebatan dari perkembangan teknologi yang terjadi pada media sosial ternyata ada beberapa dampak negatif yang terjadi pada remaja sekarang ini. Salah satu dampak yang cukup banyak diperbincangkan yaitu permasalahan kesehatan mental yang terjadi pada remaja atau pengguna media sosial. Ada beberapa alasan mengapa ini dapat terjadi dan diperbincangkan salah satunya dengan terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia yang sudah memasuki tahun kedua masa pandemi Covid-19, ditambah lagi pemerintah juga telah menetapkan masa PPKM darurat di beberapa daerah di Indonesia. sadar ga sih selama 2 tahun corona ini kita jadi lebih bergantung dengan teknologi dan aktif sosial media berjam-jam. Hingga smartphone menjadi salah satu barang utama yang selalu harus dibawa. Entah pergi ke minimarket bahkan ada beberapa orang yang ke toilet pun juga membawa smartphone. Pada artikel kali ini saya akan membahas sedikit tentang film "The Social Dilemma" yang mungkin saja bisa dijadikan rekomendasi film yang bisa kamu tonton sambil mengisi waktu luangmu di masa PPKM.

THE SOCIAL DILEMMA

Pada tanggal 9 September 2020 Netflix mengeluarkan film dokumenter terbarunya dengan judul "The Social Dilemma" yang disutradarai oleh Jeff Orlowski. Film dokumenter ini menceritakan tentang bagaimana dampak negatif dari media sosial yang kemudian membawa penggunanya dalam perubahan perilaku yang tidak baik. Tidak hanya itu film the social dilemma ini juga menghadirkan narasumber -- narasumber yang dahulu nya bekerja pada perusahaan perusahaan teknologi dan media sosial. Beberapa narasumber -- narasumber yang ada pada film tersebut  yaitu Tristan Haris (pernah bekerja sebagai ahli etika desain google), Justin Rosenstein (former engineer Facebook), Jeff Seibert (Former executive Twitter)  Jaron Lanier (ilmuwan komputer), Tim Kendall (mantan presiden Pinterest ), Shoshana Zuboff (akademisi), Rashida Richardson (Direktur Riset Keijakan di AI Now), Renee Diresta ( Manajer Riset di Stanford Internet Observatory), Anna Lembke (Direktur Program dari Stanford Addiction Medicine Followship), Roger McNamee (investor di Facebook), Guillaume Chaslot (Ilmuwan Komputer).
"Semua teknologi yang canggih tidaklah berbeda dari sulap" -- Arthur C. Clarke
Tristan Haris menyatakan pendapatnya mengenai pepatah diatas. Tristan menjelaskan bahwa "sesungguhnya teknologi yang diterapkan pada media sosial bagaikan seorang pesulap yang dapat memahami sebagian dari pikiranmu yang tidak kita sadari. Dengan adanya teknologi persuasif ini dapat mengubah perilaku seseorang hanya dengan jari jari mereka yang bergulir pada layar handphone mereka."

Sisi gelap menggunakan media sosial yang dijelaskan dalam film The Social Dilemma :

1. sistem teknologi yang digunakan media sosial yang mengakibatkan kecanduan pada pengguna. Kecanduan media sosial dapat berdampak pada penurunan kesehatan mental bagi remaja yang setiap harinya aktif dalam bersosial media. Akibat gelombang emosional seorang remaja yang tidak stabil
2. Data pengguna dijadikan sumber uang. Dalam film ini karyawan karyawan yang pernah bekerja pada perusahaan-perusahaan terkait mengatakan bahwa data pengguna dapat dipakai untuk memprediksi aktivitas pengguna
3. Berita Hoax dan Propaganda. Penyebaran berita hoax mengenai COVID-19 dan propaganda dimanfaatkan untuk mempengaruhi kampanye politik.

Dan ada beberapa bahaya bagi kita yang menggunakan media sosial :

BAHAYA DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL

Penggunaan sosial media di masyarakat Indonesia, kini sangat popular diberbagai kalangan. Karena, kecanggihan android yang dapat dengan mudah, mengakses segala macam informasi di penjuru daerah, membuat masyarakat cepat mengetahui berbagai kejadian.

Sosial media tidak hanya dapat menjangkau aktifitas masyarkat di Indonesia. Bahkan kini, kita dapat mengetahui informasi mengenai keadaan di luar negeri. Sekarang ini, manusia di seluruh dunia, seperti hanya sejengkal telapak tangan. Dengan handphone yang selalu ada di genggaman tangan, membuat jarak dan waktu menjadi begitu singkat.

McLuhan (1962) dalam bukunya yang berjudul Guttenberg Galaxy, menjelaskan bahwa fenomena saling ketergantungan secara elektronik yang belum pernah terjadi sebelumnya, telah menciptakan kembali dunia dalam sebuah imajinasi tentang desar besar (global village).

Dalam karyanya yang lain, Understanding Media, McLuhan (1994) memusatkan perhatiannya pada perkembangan teknologi komunikasi yang mencakup baik negara -- negara maju, maupun negara -- negara berkembang.

Menurutnya, setelah ditemukan telegrap, pesan (messages) dapat sampai lebih cepat dari pada petugas pos. Sebelumnya, dunia tulisan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan jalan raya.

Global village yang diusung oleh McLuhan membuat pandangan filsafat dan paradigma pemikiran yang menerima satu atau sedikit ide -- ide kebudayaan, mendorong orang untuk melekat atau setia pada sekelompok nilai yang dominan. Dengan demikian, perbedaan -- perbedaan antarbudaya dan individu menjadi terhapus atau memudar.

Dengan kata lain, global village yang diusung McLuhan memusatkan perhatian masyarakat hanya tertuju pada elektronik. Selain itu, tidak hanya tertuju perhatian kita pada satu negara, tetapi kita juga memusatkan perhatian kita pada konflik negara lain.

Seperti contoh, banyak masyarakat Indonesia yang turut andil dalam memperhatikan konflik antara Palestina dan Israel. Dengan perkembangan sosial media, kita langsung mengetahui berita terupdate mengenai peperangan kedua negara tersebut.

Sebagai contoh, maraknya di sosial media mengenai berita tentang Palestina dan Israel yang tersebar di whatsapp, instagram, facebook, twitter, dan sosial media lainnya. Membuat masyarakat menjadi sedih, kasihan, serta iba, terhadap korban peperangan tersebut. Hal ini, membuat sebagian masyarakat yang memiliki niatan buruk, menggunakan berita Palestina dan Israel sebagai ladang dalam mencari uang. Dengan cara, menggali sumbangan dana untuk korban Palestina, namun, hasil sumbangan tersebut untuk kepentingan sebagian kelompok sendiri.

Selain kasus negara tersebut, sebagai contoh yang sedang marak di Indonesia kasus covid. Dengan maraknya berita tentang covid yang tersebar luas di media, membuat masyarakat kita menjadi khawatir.

Hal ini membuat kondisi Indonesia menjadi kalang kabut. Seperti berita tentang Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM), memasyarakat menjadi ketakutan. Banyak sebagian dari mereka yang langsung belanja kebutuhan sehari -- hari sekaligus banyak. Karena mereka takut, tidak bisa keluar rumah, selain itu, banyaknya larangan -- larangan dari pemerintah membuat sebagian masyarakat jadi tidak berani keluar rumah.

Hal ini yang menjadikan kondisi Indonesia menjadi tidak terkendali. Karena, banyak sebagian orang yang sangat membutuhkan bahan -- bahan pokok, tetapi sudah kehabisan karena orang langsung memborong kebutuhan hariannya sekaligus banyak.

Selain itu, banyak pula orang yang tidak terlalu membutuhkan tabung oksigen, tapi mendadak beli oksigen tersebut. Padahal di rumah sakit para tenaga kesehatan, serta dokter -- dokter sangat membutuhkan tabung oksigen tersebut.

Selain manfaat sosial media yang bagus dengan kecepatan pemberitaannya yang langsung diterima oleh masyarakat. Namun, sosial media juga memiliki dampak negative bagi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.

Bila masyarakat kita tidak menerima edukasi yang baik tentang sosial media, maka Indonesia akan menjadi negara yang terpuruk nantinya. Karena dengan mudah menyerap berbagai informasi tanpa adanya sortiran atau pembatasan.

Seperti contoh, para anak -  anak maupun orang tua yang baru melek media, mereka dengan mudah menyerap berita yang ada. Tanpa adanya edukasi yang baik dari pemerintah, maka generasi muda penerus bangsa akan hancur. Mereka hanya akan menyerap hoaks dan menyebarkannya tanpa ada literasi media.

Karena generasi muda seperti anak -- anak, sangat mudah menyerap dan melakukan apa yang mereka lihat. Seperti adegan ciuman, maupun pelukan yang ada di sinetron. Tanpa adanya pengawasan dari orang tua, mungkin para anak -- anak tersebut akan melakukan hal serupa dengan teman sebayanya secara langsung.

Hal ini sekarang ini sudah banyak terjadi di Indonesia, bahkan, hal tidak pantas seperti itu malah dijadikan trend terkini bagi para anak -- anak. Ada sebagian dari mereka yang justru sengaja memamerkannya di sosial media, demi meraup pengikut sebanyak -- banyaknya.

Selain anak -- anak, kaum para orangtua yang kesehariannya memegang handphone, asyik mencari berbagai berita yang sedang marak seperti kasus pemberitaan covid, membuat mereka justru lebih khawatir. Hal tersebut membuat kesehatan para orang tua menjadi terganggu. Karena mereka langsung ke brainwash dengan berita -- berita covid, yang membuat imun tubuh menurun.

Maka dari itu, pentingnya pemerintah melakukan literasi media terhadap masyarakat Indonesia. Literasi media merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki ketika terpaan media masa begitu kuat dan terkadang sulit untuk dikendalikan. Kemampuan tersebut bukan kemampuan untuk menolak apalagi menggugat media untuk tidak lagi melakukan aktifitasnya sebagai media penyampai informasi.

Namun, literasi media adalah kemampuan dasar dalam memahami media dari aspek penggunaannya hingga pesan yang disajikan. Dengan kemampuan tersebut, harapan minimalnya adalah khalayak tidak mengalami penyakit disorientasi informasi. Disorientasi informasi adalah keadaan yang membuat khalayak media kehilangan kesadarannya dalam menikmati media. Begitu nikmatnya, mereka hingga tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana.

Literasi media ini sangat penting untuk pemerintah terapkan dan edukasi, khususnya bagi para orang tua yang memiliki anak -- anak. Literasi media harus para orang tua serapi dengan benar, karena banyak anak -- anak sekarang yang sudah asyik dengan sosial media nya, sebagai contoh youtube yang mereka tonton. Orang tua bisa membiasakan para anak -- anaknya menonton youtube kids.

Bila anak -- anak sedang menonton televisi seperti sinetron, bisa juga para orang tua mengawasi mereka untuk nonton bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun