Mohon tunggu...
Cerpen

Quarta Sekawan

21 Maret 2017   07:09 Diperbarui: 21 Maret 2017   08:24 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bel istirahat pun berbunyi. Riko bergabung ke para sahabtnya. Udin bertanya kepada Riko, “Kamu kenapa tadi?. Kok lama ?”. Hati-hati Riko, tadi Pak Man mengeluarkan ultimatum untuk kamu”. Ucap Udin. Bukannya kaget, Riko malah tertawa. Dia menganggap itu hal sepele. Kemudian Ia menceritakan kepada teman-temannya tentang kejadian di kantin tadi. Teman-teman Riko merasa kecewa,karena mendengar Riko membohongi guru.

Riko terdiam dan merasa bersalah kepada mereka. Ia tidak beniat membuat persahabatan mereka hancur. Ia melamun dan tidak melihat jika lantai di depannya basah. Ia pun terpeleset dan jatuh. Teman-temannya pun menertawakannya. Namun Riko malah mempunyai akal bulus lagi. Mungkin jika berpura-pura sakit, temannya akan bersimpati dan mereka pasti akan memaafkan Riko. Segera Riko mengambil sabun di kamar mandi. Ia mencampurnya dengan air. Ia memasukkan air sabun ke dalam mulutnya. Karena demi persahabatan, rasa mual pun hilang. Ia memasang wajah seperti orang keracunan. Sambil berjalan, Riko memegang lehernya agar terkesan benar-benar keracunan. Setelah bertemu dengan kawan-kawannya, Riko semakin membuat dirinya terlihat seperti keracunan.

Setelah melihat kondisi Riko seperti itu, teman-temannya merasa panic, karena Riko tidak mengucapkan sepatah kata pun. Teman-teman mereka juga merasa penasaran apakah ini hanya dibuat-buat oleh Riko. “Jadi kamu bohong lagi?.Kamu memang benar-benar keterlaluan Riko!” .Ucap Fira. “Pantas dari tadi aku mencium bau wangi sabun. Ternyata busa itu hanya bohongan.”. Lanjut Hasan. Riko hanya tersenyum karena mulutnya sudah penuh dengan sabun. Spontan Riko menelan air sabun itu.

Semua temannya pun pergi menjauh seolah-olah tidak melihat apa pun yang terjadi. “Aku tidak menyangka kamu seperti itu. Aku tidak mau berteman lagi dengan kamu!. Dan jangan pernah ganggu kami lagi”. Bentak Hasan. Riko pun merasa bersalah. Ia ingin mengejar teman-temannya tapi pengelihatannya kabur. Kepalanya pusing dan merasa mual. Ia mecoba memanggil teman-temannya, tapi lehernya terasa seperti tercekik. Hasan dan yang lainnya menoleh ke arah Riko. Karena masih kesal mereka membiarkan Riko.

Waktu berjalan. Riko tidaj terlihat di dalam kelas. Hasan mulai resah. Ia berpikir apakah Riko benar-benar keracunan. Benar saja. Riko masih tergelatak tak berdaya. Wajahnya pucat sekali. Hasan berteriak meminta tolong. Tak berselang lama, teman-temannya dan Pak Toto datang memeriksa keadaan Riko. Denyut nadinya melemah, tubuhnya dingin, wajahnya mulai membiru. Segera pihak sekolah menghubungi mobil Ambulance, setelah bebrapa menit mbil ambulan datang. Riko di bawa ke rumah sakit ditemani kepala sekolah dan Hasan. Sesampainya di Rumah Sakit, Riko langsung dibawa ke UGD. Sambil menunggu Riko, Hasan hanya mondar-mandir sambal meremas-remas tangannya. Kepala sekolah menghampiri Hasan untuk menenangkannya.

Tak berselang lama, dokter keluar dari ruang UGD. Hasan langsung menanyakan bagaimana kondisi dari Riko. Dokter mengatakan jika kondisi Riko tidak apa-apa. Tetapi Riko harus dirawat inap untuk beberapa hari ke depan. Hasan pun pulang dengan perasaan yang lega. Ia langsung menghampiri ibu Riko dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ibu Riko kaget dang langsung bersiap menuju rumah sakit. Hasan mengantar ibunya Riko. Kemudian Hasan menghampiri Udin dan Fira. Udin dan Fira merasa bersalah. “Baiklah teman-teman! Besok kita jenguk Riko”.Ucap Fira.”Bawa makanan juga ya?”. Tambah Udin dengan polos. “Baiklah”.

Keeseokan harinya, ketiga kawannya datang menjenguk Riko. Ibu Riko menyambut mereka. Dan mempersilahkan untuk masuk ke kamar inap. “Hai Riko?Apa kabar?”. Ucap Fira. “Kalian sudah tidak marah lagi padaku?”. Tanya Riko. “Kami tidak marah kok. Kami hanya ingin  kamu sadar.” Ucap Udin. “Tapi kamu harus janji jika kamu tidak berbohong lagi”. Ucap Hasan. Mereka saling berpelukan dan berjanji tidak saling menyakiti.

Mereka membicarakan tentang kenangan yang lucu juga indah selama persahabatan mereka. Tak berselang lama ada suster yang masuk ke kamar Riko. Teryata perawat itu mengeluarkan suntik untuk menambah obat untuk Riko. Riko pun lega setelah suster pergi, Ibu Riko berkata dengan wajah sedih,”Riko..”’ “ Ada apa Bu..?”. Tanya Riko. “Kaki kamu akan di amputasi!”. Jawab kepala sekolah. Hasan, Udin dan Fira dan Riko sangat kaget. “Tidak tidak, bercanda kok!”. Jawab Ibu. “Ha..ha..ha” Semua pun tertawa bersama-sama. Akhirnya Riko sadar akan kesalahannya. Ia mencoba memperbaiki keslahanya dan tak mau mengulangi lagi membohongi orang-orang. Sekarang teman-teman juga orang-orang di sekitar Riko merasa senang akan perubahan Riko.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun