"Ah kamu ini, aku ini kasihan sama kamu kedinginan begitu. Sudah bawa saja uangnya, lain kali jangan berjualan kala hujan, nanti sakit. Biaya doktermu lebih mahal daripada hasil daganganmu"
Ningsih menerima uang itu dan menyodorkan barang dagangannya.
"Ini mbak.."
"Apa ini, sudah ambil saja, aku tidak butuh barang-barang itu"kata wanita itu.
"Tapi mbak, kan mbak sudah beli.. "
"Sudah ah, nih ambil"wanita itu menyodorkan sebuah payung pada Ningsih.
"Tapi..." belum sempat Ningsih menyelesaikan kata-katanya, sesorang berteriak memanggil namanya keras-keras. Ningsih spontan berbalik dengan kedua tangan masih mengangsurkan barang dagangannya.
"Ada apa Kang Mardi"kata Ningsih begitu melihat siapa yang memanggilnya.
"Ibumu Ning... ibumu meninggal Ning"kata Kang Mardi dengan napas satu dua.
"Hah.. ibuuuuuuuu"Ningsih berlari menembus hujan, meninggalkan semua barang dagangan bahkan uang tiga ratus ribu yang masih digenggamnya ia lepaskan. Ia berlari membuta, kang Mardi ikut berlari mengejarnya.
Wanita dalam mobil itu terdiam melihat barang dagangan dan uang yang berserakan. Perlahan ia menutup kaca jendelanya. Payung biru masih ada dalam genggamannya. Ia memandang lurus kedepan dan mulai merayap kembali dalam kemacetan bersama pekatnya malam.