Di kedai itu, aku tetap sendiri dan setia menunggu. Sunset sudah mulai perlahan-lahan bersembunyi di balik bukit yang sudah mulai  menua dengan pepohonannya. Tapi aku tidak mau beranjak dari tempat yang sering kuseduh kopi bersamanya. Aku tetap tahu dan teguh kalau kopi pa'it tidak akan pernah menipu dan mengkhianati. Kopi pa'it akan selalu memanggilnya datang ketika dipanggil dan akan selalu memanggilnya pulang ketika ia pergi. Kopi pa'it tetap setia sampai aku berhenti meneguknya.
Â
Kedai semakin sepi. Kini berdua aku dan dia menyeduh kopi dalam cangkir. Kopinya tetap sama dan dia tahu "aku tetap kopi pa'it". Kini kujumpai dia dalam kedai itu. Dia terlalu lama dan sibuk melayani tamu. Tapi, aku tetap setia sebab kopi pa'it itu akan selalu memberikan rasa nyaman ketika bersamanya.Seruput kopi dari cangkir sudah cukup mengatakan "kalau ia begitu nikmat untuk dirasakan".
Â
Kopi pa'it tetap setia untuk dirasakan. Sampai kapanpun, ia adalah candu yang sulit untuk dilepas dan dilupakan. Ia menjadi candu karena ia tak pernah palsu dan selalu membuka beribu jalan di depan. Kopi pa'it, aku, dan dia akan selalu setia ada di kedai itu, selama Kopi pa'it memberikan rasa yang asli dan tidak menipu. Dan mungkin suatu saat "Kopi pa'it" yang akan membawa aku dan dia sampai di depan meja suci itu. Â Â
Â
Kopi pa'it (Labuan Bajo, 14 Januari 2020)
Â
Dalam tegukkan
Â
Kutemukan satu kata yang mungkin tak akan kau lupakan