Mohon tunggu...
Mila
Mila Mohon Tunggu... Lainnya - 🙊🙉🙈

Keterusan baca, lupa menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membingkai Air Mata

14 Agustus 2021   08:08 Diperbarui: 15 Agustus 2021   20:43 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada awalnya, Wiryo hanya membersihkan rumah yang hendak ditinggalinya. Kemudian, dia memperbaiki sekaligus membuatnya nyaman dan enak dipandang. Atap yang bocor, dia betulkan. Genteng yang miring, dia luruskan. Kusen jendela yang lapuk, dia ganti. Cat yang mengelupas, dia labur kembali. Kebun yang gersang, dia hijaukan dengan banyak sayur. Semua itu hampir tanpa biaya. Wiryo ternyata juga kreatif. Dia mendaur ulang semua di sekitarnya. Di waktu senggang, terkadang Wiryo membantuku membersihkan sekeliling rumahku juga. Dia juga sering berbagi makanan yang dia punya, dan sayuran yang dia tanam sendiri di kebun belakang. 

Lambat laun, aku menyebut nama Wiryo untuk tetangga yang membutuhkan bantuan tenaga. Dengan harapan, Wiryo akan mendapatkan penghasilan tambahan. Meski mungkin tak seberapa, aku yakin, Wiryo tetap akan senang bisa menabung lebih banyak. Siapa tahu, Wiryo bisa membeli rumahnya kembali. 

"Saya sudah punya tempat tinggal koq, Pak Mo," begitu katanya menyahut yang aku kira juga harapan Wiryo. Dia cengar-cengir sambil menggosok lengannya seolah dia kedinginan di malam yang sebegitu gerah. Aku terkejut. 

"Ga pengen punya rumah sendiri seperti dulu, Wir?" Tanyaku mencoba mencari tahu apa keinginannya. 

Dia bilang dengan santai, "Ga ah, Pak Mo! Repot. Banyak biaya juga. Ga cuma listrik dan air, ada pajaknya juga, Pak." 

Aku cuma bisa tersenyum getir. Cuma kepolosan Wiryo yang bisa membuatku merasa bangga sekaligus tertampar telak di muka. Aku menyesap kopi pahit yang sudah disiapkan si Wiryo. Rasanya memang pas di kala itu. 

Setelah berpapasan dengan beberapa tetangga yang sudah dibantu Wiryo, barulah aku tahu. Wiryo menolak semua uang pemberian mereka. Mereka pun berbicara kepadaku dengan senyum lebar. Betapa puasnya mereka dengan hasil kerja Wiryo dan betapa bahagianya mereka dengan tetangga yang demikian ringan tangan. Berulang-ulang mereka mengucap kata syukur untuk Wiryo yang tinggal dekat dengan mereka. Dengan berjalannya waktu dan sibuknya Wiryo, sepertinya tidak ada tetangga yang tidak pernah dibantu Wiryo. Mereka semua menjadi segan kepada Wiryo. 

Begitulah Wiryo menjalani hidupnya kala itu. Mengalir dengan nyamannya. Apa saja diterimanya tanpa penyesalan. Seingatku, hampir tak pernah aku mendengarnya mengeluh. Sungguh dia pejuang hidup yang tangguh. Tak ada satu pun yang membuatnya tumbang. Dia hanya melakukan yang harus dia lakukan. Menyambung hidup dengan semangat. 

Kemudian, perlahan segalanya berubah. 

Angin membawa nama Wiryo hingga ke pelosok desa. Dengan begitu, yang datang mencari Wiryo untuk meminta bantuannya semakin banyak dan silih berganti. Mereka datang dari desa tetangga, yang dekat dan yang jauh. Semua mengenal Wiryo sebagai pekerja yang tak mau menerima uang. 

Namun, semua yang dibawa angin tidak selamanya membawa kebaikan untuk Wiryo. Di antara yang datang mencari Wiryo, seorang pemuda berambut panjang berombak yang mengembang indah layaknya model iklan sampo berulang kali mampir ke rumah Wiryo. Sama seperti yang lain, pada awalnya pemuda ini hanya meminta tolong Wiryo untuk mengganti talang air di rumahnya di desa tetangga yang tidak terlalu jauh dari sini. Kemudian dia datang lagi sambil membawa gorengan dan air soda untuk dinikmati bersama. Selanjutnya, dia datang hampir setiap malam untuk mengobrol dan bercanda saja dengan Wiryo. Sampai suatu malam, ketika tak lagi terdengar gelak tawa dari belakang rumahku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun