Menurut Pak Haris berapa harga narkoba yang saya jual di Jakarta yang pasarannya 200.000 – 300.000 itu?”
Saya menjawab 50.000.
Fredi langsung menjawab: “Salah. Harganya hanya 5000 perak keluar dari pabrik di Cina. Makanya saya tidak pernah takut jika ada yang nitip harga ke saya. Ketika saya telepon si pihak tertentu, ada yang nitip Rp 10.000 per butir, ada yang nitip 30.000 per butir, dan itu saya tidak pernah bilang tidak. Selalu saya okekan. Kenapa Pak Haris?”
Fredy menjawab sendiri. “Karena saya bisa dapat per butir 200.000. Jadi kalau hanya membagi rejeki 10.000- 30.000 ke masing-masing pihak di dalam institusi tertentu, itu tidak ada masalah. Saya hanya butuh 10 miliar, barang saya datang. Dari keuntungan penjualan, saya bisa bagi-bagi puluhan miliar ke sejumlah pejabat di institusi tertentu.”
Belum lagi jika kita bicara harga yang jatuh ke pengguna, dengan barang yang sudah dicampur dengan bahan lain untuk mendapat keuntungan berlipat.
Karena selisih harga yang demikian besar, telah menarik para pemasok untuk bisa masuk di Indonesia.
Dan karena tergiur dengan iming-iming uang yang sangat besar juga telah membuat banyak orang yang mengedarkan, menjadi kurir atau memproduksi narkoba sendiri.
Sebenarnya Indonesia bukan hanya terkenal sebagai salah satu negara pengguna narkoba terbesar dan pasar yang menggiurkan saja. Tapi, Indonesia juga dikenal sebagai penghasil ganja kualitas no 1 di dunia.
Selisih harga narkoba yang bisa memberi keuntungan berlipat, sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Bahkan hal itu bisa menggiurkan anak-anak muda di Amerika yang ingin mendapat uang cepat.
Silahkan nonton film The Preppie Connection yang menceritakan tentang seorang pelajar berprestasi, yang berani bolak balik Amerika-Meksico untuk menyelundupkan narkoba.
3. Hukum di Indonesia bisa dibeli.