Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Patung Arjuna Dihancurkan, Mengapa Patung Polisi Dibiarkan?

16 Februari 2016   17:28 Diperbarui: 16 Februari 2016   18:01 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaget waktu baca tempo.co tentang penghancuran patung Arjuna yang sedang memanah di Purwakarta oleh sekelompok orang yang tidak dikenal. Diduga aksi pembakaran patung seharga 200 juta itu, dilakukan pagi hari, Jumat 12 Februari 2016.

Seperti kita tahu, beberapa waktu lalu Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, terlibat perseteruan dengan FPI -ormas yang selalu menggunakan label agama untuk melakukan aksi semena mena terhadap apa dan siapapun yang menurut pendapatnya salah (berbeda dengan cara pandang FPI).

Setelah itu, saat mendengar Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi akan datang untuk menerima penghargaan dari Federasi Teater Indonesia (FTI), FPI dengan gagahnya melakukan sweeeping mobil di depan pintu masuk Taman Ismail Marzuki (TIM).

Sebuah aksi yang sangat hebat, mengingat negara Republik Indonesia adalah negara hukum, yang mana mempunyai aparat penegak hukum untuk penjaga keamanan seluruh rakyat Indonesia. Dan Republik Indoensia juga mempunyai pemimpin tertinggi yaitu Presiden Indonesia, bapak Joko Widodo.

Lalu, kemana aparat yang dibayar oleh uang rakyat untuk memberi rasa aman di negeri ini.

Kemana pemerintah, yang punya kekuasaan untuk mengerahkan aparat demi melindungi rakyatnya?

Kemana suara DPR yang menganggap dirinya terhormat dan merasa sebagai wakil rakyat? Mengapa DPR tidak membuat undang-undang yang bisa digunakan untuk melindungi rakyat? Koq, malah membahas undang undang untuk melindungi diri sendiri.

Kemana juga para pegiat HAM, yang senengnya berkoar untuk melindungi terpidana mati narkoba dan koruptor?

Dimana hukum negeri ini? Apakah hukum tidak berlaku bagi kelompok ini, sehingga mereka bisa seenaknya melakukan sweeping? Kalau dulu mereka cuma berani melakukan sweeping terhadap rakyat yang lemah, sekarang mereka semakin berani melakukannya terhadap pejabat pemerintah.

Tetapi, mengapa aparat tidak berani menindak mereka sama sekali? Mengapa pemerintah selalu kalah sama yang seperti ini? Apakah memang sengaja didiamkan, untuk kemudian dimainkan seperti wayang, yang dikeluarkan pada saatnya?

Sebenarnya mau kemana arah negara ini? Mengapa sekelompok orang bisa terus mengumbar kebencian terhadap kelompok yang lainnya dan pemerintah tidak pernah berani mengambil tindakan tegas?

Perusakan patung di Purwakarta hanya satu dari sekian ribu aksi anarki yang telah dilakukan ormas terhadap sesuatu yang tidak mereka sukai. Anehnya, setiap kali ada tindakan anarkis dari mereka, penegak hukum tidak pernah berani menuntut dan menghukum dengan hukuman maksimal.

Benar ada yang ditangkap dan diadili, tapi bisa dilihat hukumannya. Setelah persidangan mereka langsung bebas. (Saya kasih contoh : lihat kasus Cikeusik yang menggegerkan masyarakat pada Pebruari 2011, hanya divonis 3 sampai 6 bulan penjara)

Lalu apa artinya hukuman itu? Apakah hukum seperti itu bisa membuat efek jera?

Hahaha.... Yang ada malah jadi bahan tertawaan dan cemoohan saja.

***

Beberapa hari yang lalu, Gubernur DKI Ahok, berniat ingin membongkar tempat prostitusi Kalijodo. Bukan hal yang baru, karena sebelumnya sudah berulang kali ajang prostitusi, perjudian dan rentenir ini dibongkar (Liputan 6) (Rakyat Merdeka), tapi tak lama kemudian dibangun lagi dan lagi.

Lalu muncul dukungan dari FPI. Secara logika, sungguh tidak masuk akal. Mengapa sebelumnya FPI yang mengatasnamakan agama justru diam saja melihat ada tempat prostitusi? Takut? Atau memang dapat jatah juga seperti polisi?

Coba perhatikan pernyataan mereka...

"Jadi untuk Kalijodo kita sudah beberapa kali coba kesana tapi berakhir bentrokan," kata Novel saat dihubungi Sindonews, Kamis 12 Februari 2016.

Novel melanjutkan, sekitar tahun 2007 FPI mendatangi lokalisasi yang sudah cukup lama itu. Preman yang bertugas mengamankan tempat esek-esek itu rupanya tidak terima dengan kehadiran FPI.

"Jadi mereka kita omongin baik-baik. Tiba- tiba mereka nyerang kita. Nah polisi ngertinya kita yang nyerang dulu. Tapi akhirnya kita bisa pukul mundur tuh preman," tambahnya.

Kemudian baca ini...

Ada salah satu organisasi preman di Kalijodo yang dikenal dengan nama Anak Macan.

Organisasi preman ini merupakan bagian dari kelompok Mandar yang disebut pernah membuat pasukan Front Pembela Islam (FPI) lari tunggang langgang.

Benar, sangat banyak aparat yang dapat jatah dari Kalijodo. Dengan nongol di depan gang aja, akan ada yang datang kasih amplop. Tapi,  apakah semua aparat kotor seperti itu? Saya tidak yakin. Pasti ada aparat yang bersih dan tidak mau menerima uang lendir dari Kalijodo.

Tapi, herannya kenapa selama ini aparat diam saja? Seperti mereka tidak punya cukup keberanian, untuk membongkar tempat prostitusi sekelas Kalijodo.

Anehnya juga, mengapa Ahok baru mau membbongkar Kalijodo setelah ada kasus kecelakaan. Itulah kebiasaan pejabat negeri ini, setelah ada kejadian baru bertindak bukan sebelumnya. Hmmmm... 

***

Masyarakat terlalu takut, aparat takut dan pemerintah takut!

Pola pikir masyarakat kita sudah terbalik balik dan semakin bingung. Tidak lagi berpihak pada yang lemah, tapi justru sangat mirip dengan FPI yang hanya berani menindas si lemah.

Coba aja lihat, berapa banyak terduga pelaku kejahatan kecil yang meninggal digebukin rame rame. Lalu apakah ada pelaku pengeroyokan terhadap orang yang diduga melakukan kejahatan kelas teri ini yang  diadili dan dihukum.

Padahal seharusnya, tidak boleh ada satu alasanpun untuk membenarkan perbuatan itu. Dan siapapun akan sama dimata hukum. Jika memang ada yang melanggar hukum, silahkan laporkan, tangkap, adili dan hukum dengan undang undang yang berlaku. Bukan dengan main hakim sendiri.

Lalu bandingkan dengan perlakuan masyarakat terhadap para koruptor. Begitu banyak orang yang menyanjung dan memuja koruptor setinggi langit. Pakai alasan inilah, itulah, beginilah, begitulah dan berbagai macam alasan tetek bengek yang ga masuk akal lainnya. Koruptor, ya koruptor. Mereka nyolong jauh lebih parah daripada copet, maling atau jambret.

Apakah kalau penjambret atau pencopet layak dibunuh? Apa karena hasil dari jambret dan copet ga bisa dibagi bagi, lalu boleh dibunuh? Dan berbeda dengan koruptor yang hasilnya bisa dibagi bagi, maka dipuja puja? Hadeeehhhhh....

Hidup Koruptor....!!!

(Yang bikin miris, ada mantan koruptor yang menjadi calon kepala daerah. Belum lagi kalau diingat, pernah seorang terpidana koruptor yang berada didalam penjara tapi tetap menjabat sebagai Ketua Umum PSSI. Dan setelah keluar tahanan masih menjabat lagi. Hahahaa....)

Ayo pikir dong, Pak, Bu, Oom, Tante, Mbak, Mas...

***

Jika pemerintah dan aparat terus abai terhadap perilaku main hakim sendiri seperti yang dilakukan masyarakat, bukan tidak mungkin kekerasan, atau aksi anarki akan terus menjadi pembenaran.

FPI sudah jelas cuma berani terhadap pihak yang mereka anggap lemah (baca : takut) saja, tapi mereka lari tunggang langgang terhadap yang lebih berani. Masih ingat ancaman FPI terhadap Ahok dan tentang gubernur tandingan? Hahahaa....

Kalau pemerintah terus diam, tanpa tindakan apa apa, FPI akan semakin berani. Karena mereka menganggap pemerintah juga takut.

Maka, sudah saatnya, aparat dan pemerintah harus berani mengambil tindakan tegas terhadap kelompok ini. Pemerintah tidak boleh lagi takut apalagi mendiamkan hal ini terus terjadi tanpa tindakan tegas.

Tangkap dan hukum pelaku berikut provokator yang ada dibelakangnya. Bukan cuma menangkap cecunguknya saja, tanpa mengadili prokator yang sebenarnya. Karena dengan begitu mereka akan tetap menganggap pemerintah lemah.

***Catatan :

*Bukan baru kali ini saja patung dihancurkan orang. Berdasarkan catatan Kompas.com, pada September 2011 lalu, sekelompok massa merusak berbagai patung kultural dari tokoh pewayangan.

Patung itu misalnya patung Gatot Kaca di Parapatan Comro, patung Semar di Pertigaan Bunder, dan patung Bima di Jalan Baru.

Alasan yang muncul manakala para pelaku menghancurkan patung-patung itu adalah karena keberadaannya tidak merepresentasikan keislaman dan menyamakannya sebagai tindakan musyrik.

Apa bedanya patung yang dirusak dengan patung polisi, patung tani, patung Soekarno Hatta dan patung lainnya?Mengapa patung itu tidak ada yang merusak?

 

*Bupati Dedi Tantang MUI dan FPI Bongkar Patung Harimau Kodam.

"Jika mereka itu berani bongkar patung harimau lodaya dan patung di kantor polisi dan tentara di Jabar, maka saya akan bongkar semua patung yang saya bangun di Purwakarta, saya tidak akan menunggu disuruh, akan saya bongkar sendiri," ujarnya.

*Terkait program bela negara, Kementerian Pertahanan RI menggandeng 20 organisasi masyarakat. Kalau memang FPI berniat bela negara, ketimbang menindas rakyat lemah, mendingan FPI akan ikut program bela negara yang direncanakan Kementrian Pertahanan ini. Silahkan dilihat, apa ada FPI yang ikut?

 

Salam Damai... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun