Sekali lagi pikir pelan pelan...
*Setnov dipanggil lebih dulu daripada Muhammad Reza.
Benar, Muhammad Reza mangkir dari panggilan MKD. Dalam rekaman terlihat begitu hebatnya peran MR dalam politik dan ekonomi republik ini. MR bisa begitu leluasa mengatur sana sini, melobi dan membeli orang orang penting negeri ini, demi keuntungan pribadinya semata.
Maka tidak disangsikan lagi bahwa perisai MR begitu kuat dan tahan peluru. Oleh sebab itu tidak aneh jika MR berani mangkir dari panggilan anggota dewan yang merasa dirinya terhormat dan mulia, untuk didengar kesaksiannya.
Dalam kasus ini jelas bahwa posisi MR adalah saksi yang meringankan “terdakwa” Setya Novanto.
Maka menjadi aneh adalah sikap anggota MKD yang tidak bisa menekan MR untuk hadir, malah mengambil keputusan untuk mendahulukan memanggil Setya Novanto.
Karena, ini bukan pengadilan umum yang bisa memanggil saksi atau terdakwa berulang ulang. Maka dengan didahulukannya Setnov, bukankah bisa diartikan pemanggilan MR sudah tidak ada artinya lagi?
*Kahar Muzakir sebagai pemimpin sidang
Dengan dipilihnya Kahar Muzakir sebagai pemimpin sidang yang “mengadili” Setya Novanto, sebagai ‘terdakwa”, sudah jelas persidangan ini hanya akan menjadi dagelan saja.
Ingat, ini sidang politik. Yang mana, bukan kebenaran yang dicari, tapi adu kekuatan dan adu lobi politik yang diperlukan, sedangkan Setnov dan Kahar Muzakir bernaung pada partai yang sama yaitu Golkar.
Mereka yang berada dalam ruang sidang tidak akan pernah mau mendengarkan suara sumbang dari rakyat dan tidak akan pernah memikirkan kepentingan yang lebih besar. Yang lebih penting dipikirkan oleh mereka, bagaimana caranya supaya bisa saling melindungi sesama orang partainya dan koleganya.