Semakin bersemangat, Ben lupa akan rasa letihnya yang dari semalaman tidak istirahat. Terburu buru ia berjalan mendekati perkampungan itu.
Sebuah papan nama yang sangat besar dan megah terpampang di atas gapura yang indah dan menarik.
Selamat Datang di Kamposaina.
Â
Kamposaina nama kampung itu. Ben segera menjejakan kakinya memasuki kampung. Begitu menapakan kakinya di tanah perkampungan, hatinya langsung terasa sangat sejuk, aman dan damai.
Ben melihat, rumah, toko dan jalan jalan sangat tertata rapi. Semua pelatarannya diberi hiasan yang sangat menarik. Pepohonan, rumput hijau ditaman dan bunga warna warni, ada disetiap rumah, toko dan sepanjang jalan kampung.
Anehnya, walau sinar matahari sudah mulai mencorong, namun lampu jalan berwarna warni, lampu rumah dan toko toko, tidak ada yang dipadamkan, hingga tampak begitu menyilaukan. Kentara sekali, waktu seakan berhenti, seakan tidak ada perbedaan antara siang dan malam, seperti sebuah tempat hiburan di Macau.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, tampak bundaran air mancur, kira kira setinggi 15 m, terbuat dari batu pualam yang eksotik. Sekeliling bundarannya, diukir berbagai jenis bunga dan hewan -oleh tangan tangan trampil- sehingga tampak menonjol keluar, membuat hewan hewan kelihatan hidup dan sedang bermain.
Kupu kupu beraneka warna, burung burung besar kecil, berseliweran kesana kemari, sambil bernyanyi merdu, tidak ada yang mengganggu.
Sebuah pemandangan langka, yang sangat mengagumkan. Membuat Ben harus berulang ulang mengucek mata dan mencubit lengannya, seakan tak percaya atau merasa berada dalam alam mimpi.