Begitulah suara kita. Sekecil apapun suara kita, jika kita bersama sama berteriak, saya yakin, bahwa pada akhirnya bisa terdengar.
Benar, saat ini mungkin upaya kita belum bisa berhasil menghajar para koruptor. Tapi ingat, apa yang ditulis kita dan yang kita perjuangkan sekarang, akan meninggalkan bekas. Apa kata anak cucu kita nanti, ketika mereka melihat tulisan kita? Apakah tidak malu kita berdiam diri saja padahal kita mampu bersuara?
Ayolah Oom, Tante, Mbak, Mas, Adik dan Anak anakku sekalian, jangan kita melulu mementingkan diri sendiri saja. Janganlah kita terus fokus pada masalah diri sendiri saja.
Sekedar pengingat :
http://www.kompasiana.com/mikereys/aku-memang-kotor_552e01c96ea83459188b457f
Manusia mempunyai ingatan yang sangat pendek dan mesti diingatkan terus menerus. Tapi kita –manusia- juga punya kesadaran yang lebih dari siapapun. Kita punya akal, logika dan kesadaran diri yang lebih tinggi dari semua makhluk hidup di dunia ini.
Dalam kasus koruptor, kita sering menemui banyak rintangan, yang menyebabkan sikap kita berbeda sehingga mesti dibangkitkan kesadarannya lagi dengan pertanyaan pertanyaan ini...
Apakah kita tidak sadar, bahwa koruptor telah membuat negara dan bangsa ini susah?
Apakah masih belum sadar juga bahwa kehidupan rumah tangga kita, lingkungan dan negara kita ini, sudah bobrok digerogoti oleh koruptor?
Apakah masih belum ”ngeh” juga, jika saja tidak ada koruptor, maka otomatis negara dan kehidupan kita bisa berubah menjadi lebih baik.
Apakah tidak tahu, sudah berapa banyak uang rakyat, yang seharusnya bisa membuat sekolah, rumah sakit atau infrastruktur yang habis dimakan tikus besar itu?