Ketenangan warga Kampung Kamposaina yang selalu hidup damai, saling berbagi dan berinteraksi menjadi sangat heboh ketika Troll yang super bebal itu, ternyata tidak juga bisa dididik menjadi lebih baik. Usaha persuasi yang sudah dilakukan oleh para sesepuh kampung, ujungnya hanya menjadi caci maki belaka. Astagatanaga....!!!
Beberapa ide sudah dilakukan, dari mendiamkan, meninggalkan Troll yang lagi ngoceh sendirian seakan mahluk sakit jiwa, sampai dengan mengusirnya ketika datang ke rumah salah satu warga. Tapi upaya yang seperti itu lagi lagi tidak berbuah hasil untuk menyadarkan Troll si Bebal.
Tersebutlah di pojokan Kampung Kamposaina seorang ibu cantik jelita, ramah tamah dan baik hati bernama Yerekim. Ibu Yerekim terkenal senang akan ketenangan, kedamaian dan senang bercanda dengan seluruh penduduk kampung,. Walaupun tempat tinggal ibu Yerekim agak jauh dari tetangga, tetapi ia sering bersilaturahmi dan berbagi dengan seluruh penduduk kampung yang rumahnya sangat jauh. Tak sungkan sungkan, ia mau mendatangi siapapun tanpa terkecuali.
Namun sungguh sangat disayangkan justru dengan kebaikan, sifat ingin damai dan ingin tenang inilah yang berakibat paling fatal karena sifat dan sikap itulah yang menjadi kebalikan atau dengan kata lain sifat yang paling tidak disukai oleh Troll si Bebal.
Kelebihan dari si Bebal Troll terletak pada penciumannya. Troll Si Pencaci, memiliki penciuman yang sangat tajam, bak anjing pelacak Tim Khusus Anti Narkoba yang bisa mengendus kemanapun dan dimanapun orang orang baik dan ramah berada.
Jika ada sekelompok seorang yang tengah berbicara dan berbincang bincang tentang kebaikan dan kedamaian, mulut Troll mengeluarkan bau amis menyengat yang tak terkira.
Oh ya, penciuman Troll itu ada pada mulutnya, berbeda dengan semua mahluk pada umumnya. Fungsi mulut Troll selain untuk mencaci maki juga berfungsi sebagai indera penciuman, seperti mulut Tikus Tanah Berhidung Bintang (Star-nosed mole) yang berfungsi sebagai indera penglihatan. Bagus, antik dan cantik kan? Hihihiiiii....
Nah, jika mulutnya sudah mengeluarkan bau bacin seperti itu, Troll segera tahu bahwa sedang ada sekolompok orang baik yang sedang berkumpul di Kampung Kamposaina maka dengan tidak ragu ragu lagi, ia akan segera mendatangi kelompok warga yang cinta damai ini. Lalu, keluarlah kata kata “manis” dan sumpah serapah dari mulutnya yang bau bacin itu.
Yang paling apes adalah ibu Yerekim, karena keramahannya dan sering berkunjung kesana kemari untuk berinteraksi dengan warga Kampung Kamposaina inilah, maka ia selalu menjadi incaran Troll. Kemanapun ibu Yerekim pergi, selalu dikinthili oleh Troll Si Pencaci, bahkan jejak ibu Yerekim yang ditinggalkan sewaktu Troll pergipun bisa dilacak dan dicaci maki.
Duh, orang mau baik koq malah dimaki maki, yah...Miris kan?