Laksamana Michiel memasang umpan jebakan. Kapal Kapten Tromp sengaja disuruh keluar barisan, dibuat seakan akan tidak disiplin seperti pada kejadian Tweedaagse Zeeslag yang lalu. Pasukan gabungan memakan umpan Michiel. Mereka terbelah. Sebuah kesalahan fatal bagi pasukan gabungan, yang akhirnya berhasil dimanfaatkan secara maksimal oleh armada Belanda.
Memang dalam perang itu tidak ada kapal besar dari armada Inggris atau Perancis yang berhasil ditenggelam oleh armada Belanda, karena mereka sudah kabur duluan. Tapi korban jiwa tercatat 3000 orang tewas, dan 2/3 nya adalah orang Inggris dan Perancis. Sebuah kemenangan yang sangat menakjubkan. (Lihat disini)
Tanpa keraguan lagi, seluruh armada pasukan Belanda meneriakan pujian kepada Laksamana Michiel de Ruyter, yang menggema sampai ke bibir pantai. Tak pelak lagi kemenangan spektakuler ini, membuat kubu Republik ingin menarik Michiel untuk menentang kerajaan. Michiel –yang dari dulu tidak ingin berpolitik- menolak dengan tegas tawaran itu karena bisa mengakibatkan perang saudara.
Tapi berbeda dengan pandangan kubu Oranye, mereka semakin kuatir melihat kehebatan Michiel Dukungan rakyat terhadap Michiel dianggap sebagai ancaman bagi kerajaan. Bahkan, kehebatan taktiknya tidak dihargai, Pangeran William III, menganggap bahwa Cornelis Tromp lah orang yang paling berjasa dalam perang itu dan paling pantas menerima tanda jasa.
Laksamana Michiel ngambek, lalu mengajukan permohonan perngunduran diri. Pangeran William III tidak terima pengunduran dirinya, lalu keduanya terlibat pertengkaran hebat.
Pangeran William III (PW) : “Pensiun? Kembali ke Zeeland? Apa yang akan Belanda melakukan tanpa anda?
Michiel (M) : “Negara ini punya pemimpin besar. Negara ini punya seorang pemimpin besar”.
(PW) : “Bagaimana aku bisa menjadi pemimpin besar untuk semua orang Belanda... Jika tidak semua mereka mencintaiku? Aku tidak menyukainya! (Sambil menunjuk ke arah gambar leluhurnya Willem van Oranje https://nl.wikipedia.org/wiki/Willem_van_Oranje)
(M) : (Tersinggung) “Yang Mulia meremehkan dirinya.
(PW) : “Apa kau serius?
(M) : “Raja dapat menyatukan negara. Merangkul semua pihak.