****
Masyarakat Belanda semakin panik, ketika diketahui pasukan Perancis masuk dan menyerang Maastricht -yang berbatasan dengan Belgia- tekanan terhadap Perdana Menteri pun semakin menggila. Kubu Oranye menginginkan pangeran segera mengambil alih semua tanggung jawab dan Perdana Menteri, Johan de Witt dituntut mengundurkan diri. Pihak Republik berbalik tidak lagi mau memberi dukungan.
Kubu Oranye juga berusaha mempengaruhi Pangeran William III untuk mengganti Laksamana Michiel karena dianggap dekat dengan Perdana Menteri. Tapi pangeran masih tetap ingin mempertahankan Michiel, karena ia sadar bahwa Michiel sangat dicintai rakyat Belanda.
Merasa belum berhasil menjungkalkan Johan de Witt dari kursi Perdana Menteri, kubu Oranye lagi lagi membuat fitnah yang lebih kejam. Mereka mengatakan bahwa Johan de Witt dan adiknya Cornelis de Witt, berencana ingin membunuh Pangeran William III !!!
Keruan saja, isu itu dimakan mentah mentah oleh para rakyat pendukung kerajaan. Cornelis de Witt kemudian ditangkap dan disiksa secara mengerikan, hanya untuk mendapat pengakuan telah bersekongkol bersama kakaknya, ingin membunuh pangeran. Tubuhnya diikat tengkurap, kedua tangan dan kaki direntangkan lalu diikat. Kemudian ditarik bersama sama kedepan dan kebelakang, sambil punggungnya dicambuk!!!
Merasa sia sia, tidak mendapat pengakuan dari Cornelis, kubu Oranye lalu menjebak Johan de Witt dengan umpan adiknya. Sadar mereka dijebak, namun terlambat. Ketika berusaha melarikan diri, kakak beradik de Witt berhasil ditangkap. Dibuat pengadilan jalanan oleh massa pendukung kerajaan dengan tuduhan sebagai penghianat. Laksamana Michiel yang datang untuk menolong, malah justru ingin ditangkap massa Oranye.
Sungguh tragis, akhirnya Perdana Menteri Johan de Witt dan adiknya Cornelis de Witt tewas dengan keadaan yang mengenaskan. Tubuh keduanya dimutilasi, alat vitalnya dipotong, bahkan organ dalam tubuhnya turut dikeluarkan.
*****
Pihak kerajaan masih membutuh Michiel untuk memimpin armada perang, guna mengusir Perancis dan Inggris yang datang menyerang di perairan Belanda. Pangeran William III, secara langsung meminta Laksamana Michiel supaya mau bekerjasama lagi dengan Kapten Cornelis Tromp. Dan Kapten Cornelis Tromp berjanji akan mematuhi semua perintahnya.
Menghadapi dua armada perang, dari dua negara besar -Inggris dan Perancis- yang bergabung Laksamana Michiel de Ruyter, tidak ciut nyalinya. Secara matematis jelas Belanda akan kalah dalam pertempuran itu. Tapi dia punya cara dan tipuan jitu untuk membelah armada inggris dan Perancis.
Biisa dibayangkan betapa hebatnya pertempuran “Slag bij Kijkduin”. Ketika armada sebuah negara kecil, berani menghadang armada gabungan dua negara besar, yang saat itu sangat berkuasa di dataran Eropa. Saking hebatnya pertempuran itu, peluru meriam dari kapal bisa menyasar sampai ke pantai. Mayarakat yang menonton perang dari pantai, dibuat kocar kacir...