Â
Disaat yang hampir bersamaan, Johan de Witt (diperankan oleh Barry Atsma) dari kelompok Republik terpilih menjadi Perdana Menteri yang baru bagi Republik Belanda dan Friesland Barat. Politik dalam negeri Belanda sedang hangat hangatnya, dalam parlemen ada dua kekuatan yang sedang berperang, kelompok yang satu pendukung Republik (Republiken) dan yang satunya pendukung Dinasti Oranye (Orangist).
Catatan : Bentuk pemerintahan Belanda saat itu adalah republik yang hanya terdiri dari 7 provinsi saja –berdiri pada tahun 1581 hingga tahun 1795- meskipun Pangeran William van Oranye -sebagai ahli waris kerajaan Belanda -sangat lemah (mungkin karena masih kecil, baru 3 tahun??), tapi dukungan kepada pihak kerajaan masih sangat kuat di parlemen dan rakyat. Kelemahan lainnya, kekuasaan Pangeran William III masih dalam bayang bayang kekuasaan Pangeran Charles II dari kerajaan Inggris, yang notabene masih terhitung pamannya (makanya Pangeran William III juga dikenal dengan nama Pangeran William III of England). Pangeran William III, terobsesi ingin menjadi raja Belanda, hali itu bisa terjadi jika diangkat oleh Pangeran Charles II. Sedangkan Perdana Menteri, Johan de Witt menginginkan Belanda mempunyai kemerdekaan dan kebebasan sendiri. Perbedaan pendapat inilah yang menyebabkan kedua kubu terus bertentangan.
Kabar tentang meninggalnya Laksamana legendaris, Maarten Tromp dan kehebatan Mayor Michiel de Ruyter di laut, akhirnya sampai ke telinga Perdana Menteri dan orang orang di parlemen. Perdana Menteri Johan de Witt, memanggil Michiel de Ruyter dan menawarkan jabatan Laksamana untuk menggantikan Laksamana Maarten Tromp.
Dengan alasan tidak pantas menerima jabatan itu, karena bukan seorang yang berdarah bangsawan dan bukan berlatar belakang tentara, Michiel menolak tawaran Perdana Menteri.
Micheil sudah berjanji kepada istrinya Anna (Sanne Langelaar), tidak akan meninggalkannya lagi, karena ia ikut merasa bersalah atas meninggalnya satu orang putrinya yang masih dalam kandungan istrinya. Micheil ingin mempunyai kehidupan yang lebih tenang di rumah bersama anak dan ke empat orang anaknya.
Ketika dalam keadaan mendesak, Perdana Menteri terpaksa mengangkat Jacob van Wassenaer Obdam, sebagai Laksamana perang Belanda. Dalam pertempuran Zeeslag bij Lowestoft (pertempuran kedua antara armada Inggris melawan pasukan Belanda) yang berlangsung 3 hari (11 juni 1965 – 13 Juni 1965) Laksamana Jacob van Wassenaer Obdam meninggal dalam usia 55 tahun. (selengkapnya bisa dibaca disini)
Pasukan Inggris berhasil melumat pasukan Belanda. Korban jiwa dipihak Belanda mencapai 3000 orang dan yang ditawan 2000 orang. Kekalahan telak pasukan Belanda ini, diduga karena Laksamana Jacob van Wassenaer Obdam salah menerapkan strategi perang.
Kubu Oranye menjadikan kekalahan itu sebagai momentum untuk menghajar kubu Republik di sidang dewan, dan menjatuhkan citra kubu Republik sekaligus citra Johan de Witt dihadapan rakyat.
Ketika tahu armada perang Belanda sedang hancur, Spanyol, Jerman dan Perancis, bersiap siap untuk menyerang Belanda, seperti serigala serigala lapar yang melihat domba sedang jatuh.
*****