Mohon tunggu...
Alfa Mightyn
Alfa Mightyn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana | Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si, Ak. | NIM: 55521120047

Universitas Mercu Buana | Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si, Ak. | NIM: 55521120047 | Magister Akuntansi | Manajemen Perpajakan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Surga dan Neraka Pajak - Sebuah Satire untuk Perenungan

20 Juni 2023   19:43 Diperbarui: 20 Juni 2023   19:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katanya, surga dan neraka itu ganjaran

Iya, ganjaran...upah

Orang yang punya segudang kebaikan dan pahala,

Malaikat akan menggiringnya ke surga

Lalu neraka?

Kalian para pendosa,

Tuhan tak segan memanggang kalian dalam api neraka

Ssssttt.... Sini kuberitahu,

Ternyata ada surga dan neraka disini

Kemarilah, akan kuceritakan

Surga dan neraka pajak!

Ku pergi pagi buta

Ku pulang malam gelap

Matahari pun tak sempat kusapa

Hanya layar yang terus kutatap

Beginilah kami,

Budak korporat, kaum proletar

Merajut asa, menjemput impian

Tapi hey, siapa kalian?!

Beraninya mendekat,

Merampas apa yang kupegang,

Mengambil yang hanya sedikit ini

Kalian tahu kan, mengambil paksa itu pencuri namanya!

Hey ingat, pencuri itu pendosa, masuk neraka kau!

Tapi ku segera tersadar,

Siapa aku, siapa yang ku hardik

Yang kukata pencuri ini ternyata negara

Pajak itu kewajiban! Begitu katanya...

Baiklah, manusia proletar ini hanya bisa menjawab 'iya, silakan'

Tak punya daya, tak punya kuasa

Manusia proletar ini hanya bisa 'iya' namun terus menggerutu

Gerutu ini bagai rentet gerbong yang tidak berujung

Mau kusebutkan keluhan kami?

Adikku masih kesulitan dapat sekolah yang katanya harus dekat rumah

Ibuku masih kesulitan untuk pergi berdagang tiap paginya

Ayahku masih kesulitan berpindah tempat untuk berobat, ditolak sana sini

Itu baru keluargaku, bukan aku

Percayalah, derita dan gerutuan kaum proletar ini tak ada ujungnya

Pajak hadir dan berlindung di balik ketiak keadilan

Katanya pajak itu adil? Katanya agar adil, harus ada pajak

Tapi mana keadilan yang kalian janjikan?

Sen yang kami kumpulkan ini kalian ambil begitu saja

Kami harus patuh pajak katanya

Untuk apa pajak segunung bila tak ada yang bisa kami nikmati?

Hey, bukan kami katanya yang bisa menikmati!

Nikmat itu hanya bagi mereka yang ada di atas

Yang hidup dari pajak yang kami serahkan

Yang tak malu pamer kekayaan padahal itu uang kami, rakyat proletar ini

Mana keadilan? Ini keadilan?

Yang ada, kami seperti berada di neraka dunia, neraka pajak

Eits, ada satu lagi yang ingin kubisikkan

Ternyata pajak itu bagai pisau bermata dua

Tajam ke bawah, menyayat kami, kaum proletar

Tumpul ke atas, tak punya nyali di depan mereka yang punya kuasa

Katanya keadilan?

Nyatanya, mereka yang punya uang sibuk berhitung

Hitung dan hitung, supaya tak banyak pajak yang keluar

Mereka tak malu bermufakat untuk menjadi tikus

Tikus pengerat uang rakyat lemah

Sungguh nikmat mereka ini

Kubertanya, inikah surga dunia mereka

Inikah surga pajak mereka?

Masih ingat kan yang tadi kubilang di awal

Surga itu ganjaran, upah buat mereka yang berbudi

Neraka itu untuk mereka yang tak punya budi

Tapi sepertinya di dunia fana ini semua jadi berkebalikan

Barisan taat pajak ini orang baik bukan? Berbudi luhur

Bersedia dirampas sebagian haknya bagi negara katanya

Bolehkah kami meminta surga?

Surga di akhirat saja, jawabnya...

Apa yang kita dapatkan sekarang?

Neraka pajak

Namun apa yang orang-orang licik itu perbuat

Sampai-sampai mereka berhak mendapat surga?

Surga pajak!

Wajar kan bila kubilang ini tidak adil?

Ilmu luhur yang ibuku dulu bilang tak berarti

Kebaikan tak selamanya dibalas kebaikan

Tapi akan kah ini terus terjadi

Negara, mana tadi kata adil itu?!

Setidaknya, bila pajak ini tak bisa menjadi surga bagi semua rakyat

Jadikanlah negara ini sebagai neraka pajak

bagi kami,

bagi pejabat,

bagi pemilik kuasa

bagi pemilik uang

bagi semuanya.

Itu kan yang namanya adil.

Atau kami yang akan mencari surga pajak kami sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun