Mohon tunggu...
MIFTAKHUN NURONIYYAH
MIFTAKHUN NURONIYYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

saya seorang perempuan yang suka berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kajian Etnobotani dalam Upacara Adat Jawa

2 Juli 2024   11:50 Diperbarui: 2 Juli 2024   12:00 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penggunaan bunga dalam upacara adat pernikahan ini, yang dipakai ketika calon mempelai wanita dimandikan, memiliki simbol kesucian, kewangian, dan kecantikan seperti bidadari. Sementara itu, penggunaan bambu (Bambusa vulgaris Schrad. Ex. Wndl. var vulgaris) dalam upacara adat ini memiliki simbol keselamatan hidup. 

Selanjutnya, dalam prosesinya, makna digunakanya bambu yang diletakan telur ditengahnya memiliki simbol doa agar selama menjalakan kehidupan bersama dapat hidup rukun, bekerja sama, saling mengerti satu sama lain, dibebaskan dari gangguan yang dapat merusak hubungan rumah tangga, dan dapat melalui segala cobaan atau rintangan yang ada.

       Prosesi sawer, satu dari rangkaian upacara adat pernikahan yang menggunakan bunga, sebagai simbol dari pernikahan agar memiliki keberkahan. 

Selain itu juga sebagai tanda syukur dari kedua mempelai karena telah melaksanakannya resepsi pernikahan dengan maksud kelak dalam kehidupan yang baru ini selalu dilancarkan rezekinya (An'amillah, 2015). Suryani (2011) secara spesifik menyebutkan bahwa dalam acara ngeuyeuk seureuh, sebagai bagian dari rangkaian upacara adat pernikahan, terdapat beberapa tumbuhan yang digunakan di antaranya adalah sirih (Piper betle L.), pinang (Areca cathecu L.), gambir (Uncaria gambir Roxb.), kunyit (Curcuma longa L.), padi (Oryza sativa), kelapa (Cocos nucifera L.), jawer kotok (Coleus scutellaroides Bth.), dan bangle (Zingiber cassumunnar Roxb.).

      Secara lebih khusus, gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang digunakan dalam upacara adat mempunyai makna keseimbangan (Pujihartini, 2007). Upacara adat yang masih dilakukan oleh masyarakat, jika ditinjau dari sudut konservasi, secara langsung atau tidak langsung dapat memelihara sumberdaya genetik, terutama terkait dengan penggunaan tumbuhan dalam suatu upacara adat. Selama upacara adat itu ada, maka jenis-jenis tumbuhannya juga harus ada. 

Pengadaan tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat tersebut salah satunya melalui penanaman di pekarangan atau di lahan lainnya. Sebagai contoh adalah upaya konservasi tumbuhan yang dilakukan masyarakat Tengger dengan cara menanam tumbuhan di ladang, pekarangan, dan jalan-jalan sekitar desa (Pramita et al., 2013). Bahkan masyarakat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya dalam melestarikan tumbuhan yang digunakan pada upacara adat dilakukan dalam bentuk kearifan lokal berupa nilai, norma, etika kepercayaan, hukum adat, dan aturan-aturan khusus (Supriatna, 2014).

KESIMPULAN

      Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis upacara adat yang masih dilakukan oleh masyarakat disuku Jawa Upacara-upacara adat tersebut antara lain adalah Hajat Laut, Hajat Bumi, Empat Bulanan, Tujuh Bulanan, dan Pernikahan.

      Tumbuhan yang digunakan dalam berbagai upacara adat-upacara adat tersebut terdiri dari 21 jenis, yaitu pisang raja (Musa acuminate x balbisiana), pisang ambon (Musa paradisiaca) var. Sapientum (L.) Kunt, pisang emas (Musa acuminata), kelapa (Cocos nucifera L.), mawar merah (Rosa hibrida), mawar putih (Rosa hibrida), melati (Jasminum sambac Ait.), kantil (Michelia champaca L.), kenanga (Canangium odoratum Baill.), sedap malam (Epiphyllum oxipetalum), Bambu (Bambusa vulgaris Schrad. Ex. Wndl. var vulgaris), bunga kertas (Bougainvillea spectabilis Willd.), bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban.), jambu air (Eugenia aquea Burm. f.), papaya (Carica papaya L.), singkong (Manihot esculenta Crantz.), kedondong (Spondias pinnata Kurtz.), ubi (Ipomoea batatas Lamk.), talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott.), ganyong (Canna edulis Ker.), dan padi (Oryza sativa L.). Tumbuhan tersebut didapatkan oleh masyarakat dari sekitar pekarangan, kebun, sawah, dan ada juga yang dibeli di pasar.

DAFTAR PUSTAKA 

Albar, H. (2017). ETNOBOTANI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN PADA RITUAL KHITANAN DAN PERNIKAHAN OLEH MASYARAKAT KECAMATAN LANGGUDU KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT (NTB).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun