Mohon tunggu...
Miftahul Naimah
Miftahul Naimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas airlangga

Mahasiswa D4 Teknologi Radiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemeriksaan Radiografi Ankle pada Kasus Fraktur

22 Juni 2024   19:47 Diperbarui: 22 Juni 2024   22:17 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Hasil Citra Ankle AP Dokumentasi Pribadi

Gambar 5. Perbandingan Citra Ankle AP dengan Ankle Internal Oblique (Mortise View) [11] Dokumentasi Pribadi 
Gambar 5. Perbandingan Citra Ankle AP dengan Ankle Internal Oblique (Mortise View) [11] Dokumentasi Pribadi 

Tindakan yang diberikan kepada pasien tentunya bergantung pada kondisi pasien [12], sehingga disini radiografer memiliki peran penting untuk menghasilkan citra yang optimal dan memperlihatkan indikasi klinis secara jelas. Bahkan seiring perkembangan teknologi, tak jarang digunakan modalitas alternatif seperti ultrasound karena dapat memperlihatkan keberadaan fraktur dengan lebih akurat dibandingkan pemeriksaan dengan pesawat sinar-x [13].   Salah satu indikasi klinis yang umum dijumpai pada ekstremitas inferior adalah fraktur pada ankle joint, yang mayoritas terjadi pada distal fibula [14, 15]. Fraktur pada ankle dapat dideskripsikan dengan metode klasifikasi tertentu, salah satunya adalah metode dari Danis-Weber (Danis-Weber Classification). Danis-Weber Classification merupakan deskripsi fraktur ankle berdasarkan pada posisi fraktur terhadap tibiofibular syndesmosis (Weber A-di bawah level syndesmosis, Weber B-pada level syndesmosis, C-di atas level syndesmosis) [16, 17].  Pada fraktur ankle Weber B, umumnya dilakukan tindakan berupa pemasangan plate and screw [15, 18].

Penggunaan radiasi pengion di bidang kesehatan bagai pisau bermata dua. Di samping perannya yang besar dalam bidang diagnostik, radiasi pengion juga berpotensi menimbulkan mutasi serta aberasi kromosom [19]. Selain itu sebagian efek samping juga muncul setelah jangka waktu yang lama [20, 21]. Maka, selain menghasilkan citra yang optimal dan sesuai kriteria, tentunya radiografer juga wajib memperhatikan keamanan pasien. Penerapan prinsip proteksi radiasi selama proses pemeriksaan berlangsung merupakan salah satu hal yang krusial dalam menjaga keamanan pasien di instalasi radiologi.  Adapun prinsip proteksi radiasi yang dimaksud meliputi:

A. Justifikasi: manfaat harus lebih besar dibandingkan risiko kerugian yang ditimbulkan.

B. Optimisasi: meminimalisir dosis yang diterima oleh pekerja radiasi dan masyarakat umum/publik. Hal ini dapat diwujudkan dengan penerapan prinsip ALARA "As Low As Reasonably Achievable" yang berarti dosis radiasi yang digunakan harus serendah mungkin yang memenuhi kebutuhan diagnostik.

C. Limitasi Dosis: dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi dan masyarakat umum/publik tidak boleh melebihi Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan.

Pekerja radiasi khususnya radiografer tentunya wajib memiliki pemahaman yang baik mengenai proteksi radiasi. Namun, tentunya harus diimbangi dengan penerapannya di lapangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan proteksi radiasi belum setara dengan tingkat pemahamannya secara teori [19-24]. Perlu dilakukan pelatihan secara intensif bagi radiografer untuk meningkatkan kesadaran penerapan proteksi radiasi [19, 25]. 

KESIMPULAN

Pemeriksaan Ankle AP merupakan bagian dari serangkaian tiga proyeksi yang memvisualisasikan tulang tibia distal, fibula distal, talus proksimal, dan metatarsal kelima proksimal. Proyeksi ini sering dilakukan pada kasus trauma pergelangan kaki dan fraktur pergelangan kaki yang dicurigai, selain proyeksi lateral dan mortise. Beberapa indikasi lainnya meliputi penilaian posisi fragmen dan implan pascaoperasi, evaluasi penyembuhan fraktur, penilaian ruang tibiofibular, dan pemeriksaan deformitas hindfoot.

Pada proyeksi ini, pasien dapat berbaring telentang atau duduk dengan kaki lurus di atas meja. Jari kaki menghadap langsung ke langit-langit. Hasil gambaran radiografi yang diharapkan meliputi sedikit tumpang tindih antara fibula distal dan tibia distal, serta visualisasi malleoli lateral dan medial. Ruang sendi tibiotalar harus terbuka, tetapi seluruh sendi mortise tidak perlu terlihat pada proyeksi ini. Hasil dari pemeriksaan ini adalah bahwa tibia distal, fibula distal, talus proksimal, dan metatarsal kelima proksimal tampak normal tanpa fraktur atau deformitas yang mencurigakan. Semua struktur tulang tampak sesuai dengan anatomi yang diharapkan. 

DAFTAR PUSTAKA 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun