Sebuah manga yang sangat terkenal di dunia menceritakan bagaimana pengaruh sistem lama yang dipimpin oleh para tetua dunia memberikan berbagai macam dampak buruk global seperti adanya perbudakan dan rasisme. Bersamaan dengan jalannya sistem tersebut, para generasi muda dengan indepedensi dan cita-cita masing-masing mulai menapaki jalannya.Â
Ujung dari jalan-jalan tersebut salah satu akibatnya adalah perubahan terhadap sistem lama di dunia, yang artinya mereka akan berhadapan dengan kekuasaan mutlak yang telah memimpin dunia selama ratusan tahun. Saya kembali teringat diskusi beberapa tahun silam dengan beberapa teman dari berbagai organisasi. Diskusi tersebut dilatarbelakangi oleh adanya kegelisahan terhadap kebijakan yang dibuat oleh generasi senior. Namun, para generasi muda tidak bisa atau sulit merubah kebijakan tersebut. Salah satu inti kesimpulan dari diskusi tersebut adalah kata, "pemotong rantai setan". Pertanyaannya adalah, siapa?
Bagi seorang muslim, doa adalah senjata terbaik yang berupa bentuk penghambaan murni antara makhluk kepada Pencipta. Namun, dilihat dari sisi manusia sebagai organisme kasta tertinggi, mimpi merupakan senjata terkuat dari manusia itu sendiri. Secara umum, tidak ada mimpi yang salah kecuali mimpi yang tidak diusahakan, karena hal tsb juga dikecam dalam Islam.Â
Namun, jika kita menggunakan istilah dalam konteks syariat, yang ada adalah mana mimpi yang lebih afdhol? Saat Allah hendak menciptakan manusia, para malaikat mempertanyakan hal tsb karena kerusakan yang akan dibuat oleh manusia. Namun, justru manusia lah yang menerima amanah syariat Islam saat makhluk-makhluk besar menolak.Â
Jika menelisik lebih jauh, turunnya syariat pun berat, digambarkan dalam riwayat bagaimana unta Rasulullah duduk saat syariat turun. Maka, manusia sebagai makhluk yang menerima amanah syariat Allah, merupakan makhluk yang mulia.
Kemuliaan manusia adalah saat derajat yang dimiliki merupakan derajat yang bernilai di sisi Allah. Derajat takwa yang senantiasa dibekali oleh ilmu merupakan instrumen yang semakin menegaskan kemuliaan dari manusia. Salah satu motivasi terbaik dari perolehan derajat kemuliaan tersebut tercantum dalam Surat Muhammad ayat 7.Â
Ayat tersebut menunjukkan anjuran orientasi muslim adalah paradigma syariat. Dunia bukan merupakan faktor tujuan utama, namun ada tujuan yang sangat fundamental yang menjadi sasaran utama. Sehingga, menurut hemat saya, mimpi terbaik adalah sesuatu yang tidak bisa dikekang oleh dimensi ruang dan waktu. Saat mimpi yang diinginkan hanya sebatas bentuk fisik dan waktu temporal, maka seyogyanya mimpi tsb telah menodai kemuliaan dari makhluk bernama manusia.
"Satu-satunya kekangan bagi manusia di dunia adalah syariat". Kekangan dalam konteks ini yakni sesuatu yang menjadi pedoman berjalan, batasan, dan takut terhadapnya jika ditinggalkan atau ditentang. Hal ini yang seharusnya menjadi prinsip setiap muslim. Semua keindahan di dunia, Allah mensifati di dalam Al-Quran dengan sifat yang akan rusak dan sementara.Â
Tentu hal tersebut sangat bertentangan dengan kemuliaan manusia sejati yang bahkan dengan kemuliaan itu bisa mendapatkan kesuksesan dunia yang abadi. Berkaitan dengan itu, sangat tidak elok jika hal yang bersifat duniawi, bahkan yang datang dari manusia lain justru menjadi kekangan atau batasan yang bahkan jika bertentangan dengan syariat, justru syariat yang dikesampingkan.Â
Jika memang harus mengesampingkan syariat dalam beberapa konteks yang sangat khusus, hal tersebut bisa dimaklumi. Namun tentu pengecualian tersebut juga harus dilandasi pada alasan yang dapat diterima secara syariat juga.
Sebenarnya saya sudah cukup lama absen dari aktivitas-aktivitas menulis yang datang sebagai respon dari berbagai kejadian-kejadian yang memiliki aspek bertentangan dengan syariat Islam. Saya berfikir pasti ada pihak lain yang menyuarakan hal yang sama dengan saya. Namun, dari kejadian-kejadian sampai yang terjadi akhir ini terkait pelepasan jilbab dari para paskibra ini membuat saya cukup utk beralasan membuat tulisan kembali. Saya memahami tidak mudah untuk merubah sistem.Â