Hanya beberapa minggu lelaki itu memberi kami makan ikan. Setelah itu ia sering memberi makan kami nasi putih dicampuri potongan ikan asin atau bandeng. Aku mengendus nasi campur itu seakan mau muntah. Berapa sih harga ikan? Berapa banyak rupiah untuk menafkahi hobi merawat kami? Itu bukan harga yang mahal! Aku tersadar, dengar-dengar honor penulis tidak terlalu besar. Aku pun pasrah. Kami mulai memakan nasi campur ikan. Meski perut kami mual, belum terbiasa menyantapnya. Setidaknya kami tidak mati kelaparan.
Miftahul Abrori, Lahir 13 Juli di Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah. Juara 3 Lomba Menulis Cerpen Solopos (2011) dan peraih Penghargaan Puisi Terbaik Ukara Geni dari Buletin Sastra Pawon (2012). Penulis adalah alumnus MA Al-Muayyad dan UNU Surakarta. Pernah menimba ilmu jurnalistik sebagai wartawan di berbagai media dan redaktur Majalah SERAMBI AL-MUAYYAD, kini mengabdikan diri sebagai pembimbing ekskul jurnalistik dan sastra di SMP Al-Muayyad Solo. Tulisan-tulisan anggota PERGUNU Solo dan LTN NU Solo ini bisa dijumpai di kompasiana.com/miftah2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H