Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerbung | Kemarau Sang Perawan (Part 2)

1 Februari 2020   12:25 Diperbarui: 4 Februari 2020   19:00 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Uwis, uwis. Sudah. Sabar." Mbah Hadi turut menenangkan Pras. 

Pras meminta peserta rapat voting, memutuskan apakah dirinya diperbolehkan sebagai wakil ayahnya. Separuh lebih peserta menyetujui. Pras kembali mengutarakan pendapat yang sempat diinterupsi Karim. 

"Jika bukit Sigit dikepras hampir bisa dipastikan kekayaan hutan hanya akan menjadi cerita bagi anak cucu kita. 

"Jika kita amati di area bukit Sigit terdapat potensi wisata alam dan wisata reliji sekaligus. Kita tahu tepat di bawah bukit terdapat Gua peninggalan penjajahan Belanda dan di atas bukit ditemukan makam yang diyakini sebagai murid Sunan Kalijaga. 

Bukankah sejak ditemukan makam itu ratusan muslim berziarah di makam tersebut. Ditambah Sendang Coyo dan Makam Mbah Gabus, itu semua merupakan aset wisata desa kita. Kita bisa bikin paket wisata." 

Prasetyo memandang sekilas ke arah peserta rapat dan pejabat pemerintahan. 

"Kita sudah bisa merasakan dampak pembalakan liar. Saat hujan petani gagal panen karena sawah kebanjiran. Pohon jati berubah bangunan rumah dan mebel mewah kualitas ekspor. 

Sedang ketika kemarau panjang seperti sekarang udara semakin panas dari tahun ke tahun. Hujan tak kunjung turun. Tanaman mati karena kekeringan." 

Lik Sutris menimpali, "kalau hujan tidak turun-turun itu bukan akibat hutan yang gundul, Mas Pras. Itu tak lain karena Anik, perawan yang hamil tanpa suami." 

Prasetyo kaget mendengar Sutris menyebut Nama Anik. Apakah perempuan yang hamil di luar nikah itu adalah Anik, gadis yang selama ini menjadi kekasihnya. Pras shock berat. Ia terdiam tak bisa berkata-kata.

Sutris melirik kearah Pras. "Seluruh warga desa menanggung malu karena hal ini. Anik harus meninggalkan desa agar kita terbebas dari kutukan." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun