Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Haru Pengidap Kanker yang Tak Lulus Ujian Nasional

21 Desember 2019   14:48 Diperbarui: 21 Desember 2019   23:07 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soimatun tidak bisa konsentrasi mendengar paparan penelitian Astria. Ia tak kuasa menahan haru hingga meneteskan air mata.

Dalam unggahan di Facebook, Faridah Budiastuti menyatakan jika para guru di SMA Al-Muayyad kerap menceritakan kisah perjuangan hebat Astria melawan kanker kepada murid-murid. Juga perjuangan tanpa lelah bersekolah, penuh semangat menghadapi Ujian Nasional di tengah kondisi fisik serba terbatas.

Namun, usaha keras Astria tidak mendapatkan hasil memuaskan. Ia dinyatakan tidak lulus karena nilai UN di bawah standar nilai kelulusan.

"Segala perjuangannya untuk lulus tak berbalas. UN yang mematok nilai tertentu membuatnya tak berhak mendapatkan selembar ijazah di akhir hidupnya."

"Nilainya kurang sedikit di mapel Matematika, dan ia pulang dengan sedih. Kami gurunya tak berdaya, bahkan untuk memberinya kenang-kenangan selembar kertas yang pasti tak akan dapat ia gunakan," tulis Faridah.

Sekitar sebulan setelah hari pengumuman kelulusan pada tahun 2006 Astria wafat dalam keadaan yang sangat indah, meninggal setelah/ sedang salat zuhur. 

Pada detik-detik terakhir ia masih ingat kewajiban seorang hamba kepada Allah. Dengan sisa-sisa tenaga ia digandeng keluarga menuju kamar mandi untuk berwudlu. Kemudian Astria salat dengan cara berbaring di tempat tidur. Tak selang berapa lama ternyata ia tidur untuk selamanya.

Ia meninggalkan cerita dan semangat yang tak tergantikan. Kini, raganya memang tak bisa dijumpai, namun jiwa pantang menyerahnya tetap abadi dan melekat di hati teman dan gurunya.

"UN memang kejam. Bahkan kami tak bisa memberikan selembar ijazah kepada seorang anak yang berusaha keras belajar, hanya karena  di saat terakhirnya ia tak mampu mencapai nilai UN yang ditetapkan," tutup Faridah di akhir tulisannya. (Miv).

Catatan: Artikel ini berdasarkan kisah nyata yang ditulis Faridah Budiastuti di media sosial Facebook berjudul "Selembar Ijazah yang Tak Dimiliki". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun