Cinta bukan melulu masalah penerimaan, tetapi bagaimana dua hati mengelola perasaan. Kalian bukan pengelola yang baik. Dua tahun kau dan dia mencoba mengenal satu sama lain. Kau terlalu iba menolak cinta lelaki itu, tetapi keputusanmu tetap berada di sampingnya adalah kesalahan fatal.
Kau tak bermaksud menghancurkan mimpi-mimpi lelaki yang jelas-jelas mencintaimu. Ya, kau tahu bahwa ia benar-benar menyayangimu, tetapi kau juga tak mau melulu memerankan lakon sandiwara.Â
Jika kau tersenyum, itu hanya senyum palsu. Jika kau bersedia menemaninya menelusuri sudut-sudut kota ini, itu caramu mengolah perasaan. Kau tak bisa menjadikannya lelaki pengisi kekosonganmu. Kau gagal.
Lalu, datanglah lelaki lain yang mampu menepikannya. Kau tak pernah mencari pengganti, tetapi dia datang menemukanmu, saat kaubutuh sosok yang sepenuh hati kaucintai.
Hah? Jika hatimu cuma satu, sepantasnya kau tak menerima hati lain, hingga ada hati yang terbuang.
Apa yang perlu dipertahankan dari kisah penuh kepura-puraan. Tak ada gadis yang rela menggadaikan sisa hidupnya pada lelaki yang tak dicintai sepenuh hati.
Solo, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H