Apa yang perlu kaukenang dari kisah yang membuatmu murung sepanjang waktu? Kisah yang menjadikanmu bagai mayat hidup, berjalan menyusuri sudut-sudut kota tanpa tujuan pasti.Â
Apa yang perlu kauingat dari gadis yang membuatmu terluka selama delapan tahun? Kau menebus dua tahun bersamanya dengan enam tahun yang sia-sia. Konyol!
Kau masih berharap menemukan sosok gadis itu, berpapasan di persimpangan jalan, alun-alun keraton, taman kota, halte bus, stasiun, atau pun toko buku.Â
Mana tahu menjumpainya di rumah makan, kafe, gedung bioskop, dan gedung teater. Tempat-tempat yang biasa kalian kunjungi selama hampir dua tahun itu menjelma kenangan muram, mencabik nalar dan batinmu.
Tak salah jika seorang lelaki mempertahankan cinta yang sempat menderma kebahagiaan. Meski berujung luka sebab kau ditelantarkan.Â
Memang benar, kau tak perlu membuat kesalahan untuk menanggung ganjaran ditinggalkan. Katamu, pecinta sejati adalah orang yang bertahan mencintai seseorang sampai detik pengharapan habis.Kelak kau akan menyerah, setelah ribuan kesempatan tertutup, mengatup. Risalah yang berujung getir, karena kau tak pernah berniat mengakhirinya.
Cabikan luka menggerogoti tubuhmu hingga semenyedihkan ini. Jika mencintainya mewujud luka, kau ingin menikmati luka sampai khatam, hingga kau tak merasakan apa-apa, sembuh dengan sendirinya.Â
Tahukah kau, terkadang air mata lebih bermakna daripada senyum. Kau sanggup melepas senyum untuk siapapun, tetapi air mata hanya bisa tertumpah untuk orang yang kausayang.
Kau dan dia kuliah di kampus yang sama di kota ini. Di tahun ketiga, kalian mulai berkenalan. Entah pada pertemuan ke berapa kau mulai menyukainya. Bermula sekadar berkenalan, lebih tepat disebut menggoda, kau pun mulai menaruh hati.Â
Tiga bulan berlalu, kau mengutarakan perasaanmu. Tanpa jawaban pasti, ia tak menerima atau menolak. Kau mengartikan berbeda, karena kau sering menghabiskan waktu bersama, kau terjemahkan itu sebagai ikatan percintaan.Â
Dua tahun kemudian kau tercengang saat tahu dia mengungkapkan rahasia yang lama dipendam.
Setelah lulus kuliah, kau bekerja di sebuah penerbitan di kota ini, sedang dia bekerja di Dinas Kebudayaan di kota kelahirannya.Â
Bisa jadi terpisah jarak ternyata menjadi sebab terpisah pula perasaan. Ah, bahkan ia tak memiliki perasaan sama yang kau rawat dalam dadamu.Â
Kisah selama dua tahun bagimu sangat menyenangkan, namun baginya hanya kepura-puraan. Sebuah pesan singkat darinya menyesakkan napasmu, seolah memutus urat lehermu. Kenangan-kenangan yang bagimu indah  harus kaukubur dalam-dalam.
Untuk urusan pekerjaan, beberapa kali kau ke kotanya. Tak ada keberanian menjumpainya. Selalu yang kaubayangkan bertemu dengannya.Â
Kausadar, kalian sudah berpisah, hubungan kalian hanya kepalsuan, dan kini semua telah berakhir. Tak ada alasan berarti untuk menemuinya.Â
Kau tetap saja menganggapnya sebagai kekasih. Dia bukanlah cinta pertamamu, tetapi dia kekasih pertama. Dia pula yang menghanguskan mimpi-mimpimu.
Kau pernah merasakan patah hati, tetapi kali ini terparah. Kaudengar ia mempunyai lelaki sebagai penggantimu, hatimu remuk. Kau masih mencintainya!Â
Apa yang perlu kauingat dari gadis yang membuatmu terluka selama enam tahun? Kau menebus dua tahun bersamanya dengan enam tahun yang sia-sia.
Bangkitlah! Sembuhlah! Kau tak perlu lagi bertahun-tahun patah hati, bertahun-tahun menutup hati. Tak mau membuka hati untuk gadis lain.
Kau tak harus menyesal. Ia yang memintamu menjauh, melepas ikatan. Jika kau berhasil menemuinya barangkali sama saja kau mencari duri yang pernah menancap di hatimu.Â
Sayang, bagimu luka adalah keindahan. Kau mencintainya dengan segenap luka. Rasa sakit di dada adalah bukti kau mencintainya. Kau ingin menikmati rasa sakit itu hingga detik terakhir.Â
Ah, kau menebus dua tahun bersamanya dengan enam tahun yang sia-sia.
Begitu banyak kenangan yang membeku hingga kau lupa menakar batas ketabahan. Sedang kau tahu, ia setengah hati menambatkan sayap di pundakmu.Â
Jangan berlarut-larut meratapi kepergiannya. Jika kau tak sanggup mendekapnya, maka renggangkanlah kenangan yang menjerat lehermu.
****
Ia bagai mayat hidup, berjalan menyusuri sudut-sudut kota tanpa tujuan pasti. Ia harus menebus mahal dua tahun kebersamaan kalian dengan enam tahun yang sia-sia.
Setelah kalian berpisah, agaknya ia masih berharap menemukan sosokmu. Kau sempat akan berpapasan dengannya di persimpangan jalan, namun kau memilih berbalik arah.Â
Sempat pula secara tak sengaja kaulihat ia duduk di sebuah kafe, tempat favorit kalian dulu. Kau tak ingin lebih jauh menyakitinya, karena saat itu kau bersama kekasih barumu. Kau memilih ruangan terpisah, seperti ruang hatimu yang terpisah dengan hati lelaki itu.
Apa yang perlu kau pertahankan dari kisah penuh kepura-puraan? Gadis mana yang rela menggadaikan sisa hidupnya pada lelaki yang tak dicintai sepenuh hati?Â
Sudah cukup kau berbohong atas hatimu selama dua tahun. Pilihan yang tepat, kau sudah berkata jujur bahwa kau tak bahagia menjalani hubungan dengannya.Â
Ah, andai saja kau menolaknya sejak awal, waktumu dan waktunya takkan terbuang sia-sia. Kau sadar, semua itu tak sepadan hanya ditukar dengan permintaan maaf.
Cinta bukan melulu masalah penerimaan, tetapi bagaimana dua hati mengelola perasaan. Kalian bukan pengelola yang baik. Dua tahun kau dan dia mencoba mengenal satu sama lain. Kau terlalu iba menolak cinta lelaki itu, tetapi keputusanmu tetap berada di sampingnya adalah kesalahan fatal.
Kau tak bermaksud menghancurkan mimpi-mimpi lelaki yang jelas-jelas mencintaimu. Ya, kau tahu bahwa ia benar-benar menyayangimu, tetapi kau juga tak mau melulu memerankan lakon sandiwara.Â
Jika kau tersenyum, itu hanya senyum palsu. Jika kau bersedia menemaninya menelusuri sudut-sudut kota ini, itu caramu mengolah perasaan. Kau tak bisa menjadikannya lelaki pengisi kekosonganmu. Kau gagal.
Lalu, datanglah lelaki lain yang mampu menepikannya. Kau tak pernah mencari pengganti, tetapi dia datang menemukanmu, saat kaubutuh sosok yang sepenuh hati kaucintai.
Hah? Jika hatimu cuma satu, sepantasnya kau tak menerima hati lain, hingga ada hati yang terbuang.
Apa yang perlu dipertahankan dari kisah penuh kepura-puraan. Tak ada gadis yang rela menggadaikan sisa hidupnya pada lelaki yang tak dicintai sepenuh hati.
Solo, 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI