Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menggadai Kenangan

4 Desember 2019   16:13 Diperbarui: 5 Desember 2019   15:08 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rasa sakit di dada adalah bukti kau mencintainya. Kau ingin menikmati rasa sakit itu hingga detik terakhir. Ilustrasi: dreamstime.com

Sayang, bagimu luka adalah keindahan. Kau mencintainya dengan segenap luka. Rasa sakit di dada adalah bukti kau mencintainya. Kau ingin menikmati rasa sakit itu hingga detik terakhir. 

Ah, kau menebus dua tahun bersamanya dengan enam tahun yang sia-sia.

Begitu banyak kenangan yang membeku hingga kau lupa menakar batas ketabahan. Sedang kau tahu, ia setengah hati menambatkan sayap di pundakmu. 

Jangan berlarut-larut meratapi kepergiannya. Jika kau tak sanggup mendekapnya, maka renggangkanlah kenangan yang menjerat lehermu.

****

Gadis mana yang rela menggadaikan sisa hidupnya pada lelaki yang tak dicintai sepenuh hati?. Ilustrasi: steemitimages.com
Gadis mana yang rela menggadaikan sisa hidupnya pada lelaki yang tak dicintai sepenuh hati?. Ilustrasi: steemitimages.com
Ingatkah kau tentang kisahmu dengan seorang lelaki di masa lalu? Kenangan-kenangannya bersamamu menjelma kisah muram, membuatnya murung sepanjang waktu? 

Ia bagai mayat hidup, berjalan menyusuri sudut-sudut kota tanpa tujuan pasti. Ia harus menebus mahal dua tahun kebersamaan kalian dengan enam tahun yang sia-sia.

Setelah kalian berpisah, agaknya ia masih berharap menemukan sosokmu. Kau sempat akan berpapasan dengannya di persimpangan jalan, namun kau memilih berbalik arah. 

Sempat pula secara tak sengaja kaulihat ia duduk di sebuah kafe, tempat favorit kalian dulu. Kau tak ingin lebih jauh menyakitinya, karena saat itu kau bersama kekasih barumu. Kau memilih ruangan terpisah, seperti ruang hatimu yang terpisah dengan hati lelaki itu.

Apa yang perlu kau pertahankan dari kisah penuh kepura-puraan? Gadis mana yang rela menggadaikan sisa hidupnya pada lelaki yang tak dicintai sepenuh hati? 

Sudah cukup kau berbohong atas hatimu selama dua tahun. Pilihan yang tepat, kau sudah berkata jujur bahwa kau tak bahagia menjalani hubungan dengannya. 

Ah, andai saja kau menolaknya sejak awal, waktumu dan waktunya takkan terbuang sia-sia. Kau sadar, semua itu tak sepadan hanya ditukar dengan permintaan maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun