Mohon tunggu...
Miftachul Khawaji
Miftachul Khawaji Mohon Tunggu... Seniman - Guru

Tukang gambar dan kadang suka nulis.. 👨‍🎓Islamic History and Civilization 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Filsafat Jawa ala R.M.P. Sosrokartono (Kakak kandung R.A. Kartini & Guru spiritual Ir. Soekarno)

4 Mei 2023   16:10 Diperbarui: 4 Mei 2023   16:14 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan pengobatan di Darussalam ini berjalan hingga akhir hayat Sosrokartono. Namanya kala itu dikenal begitu luas, bahkan berulang kali diundang ke Sumatera untuk mengobati orang-orang di sana. Tidak hanya itu, Sosrokartono juga menjalin kontak dengan beberapa tokoh pergerakan, di antaranya yaitu Sukarno, Ki Hajar Dewantoro, dan tokoh-tokoh dari Budi Utomo. Di antara tokoh-tokoh masa pergerakan ini, Sukarno merupakan salah satu tokoh yang menaruh rasa hormat dan kagum yang tinggi terrhadap Sosrokartono. Antara keduanya memang sering terlibat pembicaraan dan diskusi uang seru dan hangat.[3]

Di tengah ketenaran namanya itu, Sosrokartono tidak lantas membanggakan dirinya serta kemampuannya tersebut. Ia justru sering melakukan tirakat dan tidak berkenan jika namanya ditinggi-tinggikan. Sosrokartono juga pernah diajak bekerjasama oleh penjajah dengan ditawari jabatan tinggi, namun ia lebih memilih untuk memegang teguh prinsipnya untuk mengabdi sepenuhnya kepada kemanusiaan.

Setelah sekian lama menjalani laku spiritual dan asketisme yang diwujudkan dalam bentuk mengabdi, melayani dan menolong sesama hingga masa tuanya, Sosrokartono akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada 8 Februari 1952 di Darussalam, dan dikebumikan di komplek makam keluarga Sedomukti di Kudus.

Paska meninggalnya Sosrokartono, ajaran-ajarannya dikompilasikan dan disusun oleh para pecintanya yang disebut komunitas Sosrokartanan. Komunitas ini memiliki jsa besar dalam menuliskan gagasan-gagasan Sosrokartono yang kebanyakan hanya berupa tulisan-tulisan singkat dan yang bersumber dari laku yang diajarkan oleh Sosrokartono sendiri. Akan tetapi, komunitas ini tidak bertahan lama. Karena semakin banyak generasi penerus bangsa yang tidak cinta dengan sejarah dan perjuangan bangsanya sendiri, sehingga komunitas ini tidak mampu bertahan karena tidak ada generasi bangsa yang meneruskannya.[4]

Filsafat dan Ajaran R.M.P. Sosrokartono

Pada dasarnya, Sosrokartono selalu menyebut dirinya tidak memiliki ajaran tertentu. Ia pun mengaku bahwa dalam menjalani ilmu lakunya ia tidak memiliki guru dan juga murid[5]. Ajaran-ajaran Sosrokartono yang ada hingga sekarang ini pada dasarnya hanyalah berupa ungkapan dalam bentuk pernyataan-pernyataan singkat dan selebihnya diambil berdasarkan laku dan tindakannya sehari-hari yang mana antara ajaran satu dengan lainnya pada dasarnya memiliki keterikatan. Sosrokartono sendiri tidak menjelaskan secara rinci mengenai ungkapan-ungkapan serta perilaku yang dilakukannya, sehingga tidak sedikit dari ajaran-ajaran Sosrokartono yang ada di masa sekarang ini merupakan hasil dari penafsiran-penafsiran yang bersifat subjektif.[6] 

Berikut ini beberapa ajaran yang disarikan dari ungkapan-ungkapan maupun laku dari Sosrokartono.

1. Mandor Klungsu

Mandor Klungsu merupakan nama samaran yang digunakan oleh Sosrokartono dalam surat bertanggl 12 Mei 1931 yang ditulisnya untuk warga Monosuko ketika dalam kunjungnnya yang pertama ke Sumatera atas undangan Sultan Langkat. Istilah Mandor Klungsu ini memiliki beberapa penafsiran, karena Sosrokartono sendiri tidak menjabarkannya secara rinci.

Kata klungsu berasal dari Bahasa Jawa yang memiliki arti biji buah asam. Biji buah asam ini bentuknya kecil. Akan tetapi, dibalik tampilan luarnya itu, pada hakikatnya terkandung sesuatu yang besar, karena dari biji klungsu yang kecil tersebut dapat tumbuh sebuah pohon asam yang besar, rindang dan kokoh. Pohon asam sendiri memiliki banyak manfaat dan khasiat pada hampir seluruh bagiannya. Sebagai contoh yaitu buah asam sendiri yang biasa digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati banyak penyakit. Hal ini bisa jadi berkaitan dengan salah satu laku dari Sosrokartono sendiri yang semasa hidupnya mengabdikan diri pada dunia pengobatan. Dari sini dapat dipetik kesimpulan bahwa klungsu yang digunakan oleh Sosrokartono sebagai nama samaran memiliki makna bahwa yang terpenting dalam hidup itu dilihat bukan berdasarkan bentuk fisik maupun status sosial, melainkan seberapa bergunanya seseorang bagi orang lainnya.

Sedangkan kata mandor dapat diartikan pula bahwa orang yang bijak adalah orang yang tetap merasa rendah hati meskipun dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Karena pada dasarnya seorang mandor hanya bertugas untuk mengawasi suatu pekerjaan yang dipasrahkan oleh bos atau pemilik proyek. Sebagaimana yang dilakukan oleh Sosrokartono yang tidak membangga-banggakan status sosialnya sebagai anak bangsawan, ia juga yang tidak membangga-banggakan dirinya yang seorang polyglot dan berpendidikan tinggi. Tetapi Sosrokartono justru menjalani hidupnya sebagai orang biasa, karena yang terpenting baginya adalah dapat berguna bagi sesamanya. Inilah wujud pengabdian diri kepada sesama yang dalam ajaran Sosrokartono disebut dengan konsep ngawulo marang kawulane Gusti, yang mana hal ini sesuai dengan tugas manusia dalam agama Islam selain menjadi hamba Tuhan juga sekaligus sebagai khalifah fil ard.[7]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun