”Di Yogyakarta, ia tak jarang memilih naik sepeda motor jika ke kampus atau menemui kenalan yang datang dari luar kota,” kata Asep Rahmat Fajar, mantan staf ahli di KY.
Busyro pun dikenal tak suka dengan protokoler. Ia tak punya ajudan khusus seperti pejabat lain. Ia lebih suka hanya didampingi seorang sopir.
Soal penilaian Busyro terkesan tak tegas, Asep menilai, itu hanya masalah bahasa. Busyro memang tidak pernah menegur orang dan mengatakan yang bersangkutan salah. Hal itu bisa menimbulkan salah penafsiran dari orang yang tidak mengerti gaya orang Jawa.
Muzayyin menambahkan, sepanjang menyangkut otoritasnya, Busyro adalah sosok yang tegas. Hal itu terlihat dalam sikapnya terhadap pegawai. Namun, ia mengakui, saat berhadapan dengan komisioner lain, Busyro tidak dapat bersikap memaksakan kehendak. Hal itu memang bukan otoritasnya. ”Paling-paling ngingetin, nyindir,” kata dia.
Bagi Busyro, melawan korupsi adalah wujud ”jihad kemanusiaan” yang bertujuan memerdekakan rakyat dan bangsa dari kondisi serta fenomena perilaku kumuh secara etika dan moral. Korupsi juga memproduksi kemiskinan sistemik dan masif. Jika nantinya terpilih menjadi pimpinan KPK, Busyro mengaku akan melakukan pemetaan (mapping) persoalan dan konsolidasi internal.
Dalam sesi wawancara dengan Panitia Seleksi, Busyro mengaku tak segan mengusut kasus dugaan suap yang melibatkan tokoh partai politik. Ia mengatakan hal itu saat ditanya mengenai dugaan suap dalam pemilihan Dewan Gubernur Bank Indonesia. Demikian pula soal rekening gendut petinggi Polri, ketika KPK harus mengusut, hal itu dilakukan, tetapi tanpa maksud memperlemah institusi kepolisian. Busyro setuju hukuman maksimal (mati) untuk koruptor diterapkan. (ana)
Sumber:
http://cetak.kompas.com/read/2010/08/28/05244922/Menimbang.Sosok.Bambang.dan.Busyro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H