Pada era globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, memudahkan manusia di seluruh dunia untuk mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia, salah satunya adalah informasi mengenai kebudayaan Korea Selatan, yang biasa dikenal dengan sebutan Korean Wave atau Hallyu. Menurut Shim (2006), Korean Wave atau Hallyu merupakan sebuah istilah yang ditujukan pada fenomena budaya populer Korea Selatan yang telah tersebar secara global ke seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Budaya yang dimaksud adalah musik Korea atau K-pop, drama Korea atau K-drama, film, kuliner, fashion, dan juga gaya hidup.
Dikutip dari Ministry of Foreign Affairs Republic of Korea, fenomena Korean Wave (Hallyu) pertama kali muncul pada akhir tahun 1990an, dan pada awal tahun 2000an, namun semakin berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di kalangan remaja di Indonesia. Pada awalnya, drama Korea (K-drama) merupakan hal yang banyak diketahui dan diminati oleh para remaja di Indonesia, namun seiring berjalannya waktu, para remaja tersebut mulai mengenal K-pop dan mulai teralihkan dari K-drama.
Penampilan, kehidupan, dan kebiasaan para idola K-pop memberikan pengaruh dan membuat perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan remaja. Ketertarikan mereka pada sang idola membuat hal apapun yang dilakukan oleh sang idola menjadi terlihat sangat menarik bagi mereka. Hal tersebut tentu menimbulkan berbagai dampak bagi kehidupan remaja, baik positif maupun negatif, dan membuat berbagai perubahan. Dampak yang timbul dari fenomena Korean Wave (Hallyu) juga meliputi beberapa aspek, seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan.
Dampak positif yang timbul dari fenomena Korean Wave (Hallyu) yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan Minat Belajar Bahasa dan Budaya Korea
Ketertarikan remaja pada K-drama dan K-pop membuat mereka berantusias untuk bisa menikmati karya sang idola dengan mudah dan nyaman, sehingga dengan belajar bahasa yang digunakan oleh sang idola merupakan jalan terbaik untuk membuat mereka merasakan kedekatan dan kenyamanan. Hal ini tentu saja dapat menambah wawasan para remaja, dan meningkatkan kemampuan berbahasa asing mereka, yang tentunya akan memudahkan kehidupan mereka dalam melangkah lebih jauh kedepannya.
2. Meningkatkan Kesempatan Karier dan Pendidikan
Dengan kemampuan berbahasa asing yang dimiliki oleh para remaja, mereka dapat berkomunikasi dan berteman dengan sesama penggemar sang idola dari seluruh penjuru dunia, sehingga relasi yang dimiliki oleh mereka akan bertambah banyak dan tersebar dimana saja. Di era ini, relasi merupakan salah satu bagian yang penting dalam menjalani kehidupan. Popularitas Korean Wave (Hallyu) juga membuka peluang karier dalam industri hiburan, pariwisata, dan pendidikan. Banyak institusi kini menawarkan program beasiswa dan pelatihan bahasa Korea, memberikan akses lebih luas bagi remaja yang tertarik pada budaya Korea, sehingga menjadi motivasi bagi para remaja untuk lebih semangat dalam menuntut ilmu.
3. Mengetahui Citra Diri
Citra diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai ciptaan yang memilik fisik yang dikaitkan dengan karakteristik fisik dalam penampilan seseorang tersebut secara umum atau pemikiran seesorang tentang pandangan orang lain terhadap dirinya dan bagaiman orang menilai dirinya (Wibowo, 2007).
4. Menumbuhkan Rasa Solidaritas dan Kekeluargaan dalam Suatu Komunitas Penggemar
Komunitas yang dibentuk oleh sekelompok penggemar dengan ketertarikan yang sama dapat menumbuhkan rasa solidaritas juga kekeluargaan antar anggota di dalamnya. Sebagai seorang remaja dan makhluk sosial, tentu hal tersebut perlu ada dalam diri. Sehingga kemampuan berkomunikasi juga dapat meningkat.
Sedangkan dampak negatif yang timbul dari fenomena Korean Wave (Hallyu) yaitu sebagai berikut :
1. Munculnya Sifat Fanatisme
Fanatisme diartikan pengabdian seseorang terhadap suatu objek dimana menimbulkan gairah, keintiman, dan hasrat yang biasanya melampaui rata-rata dari biasanya. Objek biasanya mengacu pada produk, merek, serta seseorang (selebriti), acara tv, dan kegiatan konsumsi lainnya. Fanatisme biasanya menganggap dirinya benar dan mengabaikan fakta dan argument dari yang bertentangan dengan pemikiran dan pemahaman mereka (Chung, Beverland, Farrelly & Quester, 2008).
Para remaja sering menunjukkan tingkat fanatisme tinggi mereka terhadap sang idola, seolah-olah sang idola adalah milik mereka sendiri, dan kehidupan sang idola dapat diatur oleh mereka. Hal ini dapat menimbulkan konflik antara dirinya sendiri dengan kelompok di masyarakat. Mereka juga menjadi lalai akan kewajiban yang harus mereka lakukan.
2. Sikap Konsumerisme yang Tinggi
Konsumerisme menyebabkan pembelian barang konsumsi lebih mengutamakan keinginan dan hasrat untuk memiliki produk tersebut. Para remaja memiliki sifat takut akan ketertinggalan atau yang sekarang lebih dikenal dengan Fear Of Missing Out (FOMO), yang membuat mereka menjadi gelap mata, dan membeli berbagai macam aksesoris seperti merchandise, album, photocard sang idola, lighstick, hingga tiket konser dengan harga yang fantastis tanpa terkendali. Dan hal ini akan mengarah pada pemborosan.
3. Ketergantungan pada Media Sosial
Paparan konten Korean Wave (Hallyu) melalui media sosial seperti Instagram, YouTube, atau TikTok dapat membuat remaja menghabiskan waktu berlebihan di platform ini. Ketergantungan ini tidak hanya mengurangi produktivitas tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti meningkatkan rasa cemas. Kebiasaan buruk lainnya pun ikut muncul seperti susah tidur, suka menunda pekerjaan, dan lain sebagainya.
4. Lunturnya Ingatan dan Ketertarikan terhadap Budaya Lokal
Dimulai dari cara berbicara dan gaya berpakaian, para remaja terlihat lebih suka menggunakan istilah-istilah bahasa asing dan berpakaian layaknya sang idola yang memiliki lingkungan bermasyarakat berbeda. Di Indonesia, terdapat adat istiadat, adab, dan etika yang harus dijunjung tinggi oleh setiap warganya, sehingga hal tersebut dapat mengikis sikap nasionalisme juga kehidupan beragama.
Dapat disimpulkan bahwa fenomena Korean Wave (Hallyu) telah memberikan dampak yang besar pada kehidupan remaja di Indonesia, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif yang timbul mencakup dapat meningkatkan minat belajar bahasa dan budaya Korea, meningkatkan kesempatan karier dan pendidikan, mengetahui citra diri, dan menumbuhkan rasa solidaritas serta kekeluargaan dalam suatu komunitas penggemar. Sedangkan dampak negatif yang timbul mencakup munculnya sifat fanatisme, sikap konsumerisme yang tinggi, ketergantungan pada media sosial, dan lunturnya ingatan serta ketertarikan terhadap budaya lokal.
Harapan untuk kedepannya adalah para remaja di Indonesia dapat memanfaatkan dampak positif dari Korean Wave (Hallyu) untuk pengembangan diri secara kosntruktif, seperti meningkatkan wawasan budaya, dan meraih peluang baru dalam pendidikan maupun karier. Di sisi lain, untuk menghindari dampak negatif dari Korean Wave (Hallyu), penting bagi lingkungan di sekitar para remaja seperti orang tua, saudara, keluarga, guru, dan juga masyarakat, untuk memberikan bimbingan yang bijak kepada para remaja. Dengan harapan utama, para remaja tetap menghargai budaya lokal sembari membuka diri terhadap budaya global, dan menciptakan keseimbangan yang sehat dalam gaya hidup mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H