Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa Penista Kitab Suci dan Agama? Anda dan Saya!

17 November 2016   00:00 Diperbarui: 17 November 2016   14:44 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Inilah.com

Menurut KBBI Penistaan itu adalah cercaan, makian, perbuatan (perkataan dan sebagainya) untuk menista. Diambil dari kata dasar ‘nista’. Kalau ternista, itu artinya dalam keadaan direndahkan, dihina, atau dicela.

Saya tak mau berpanjang lebar menulis opini ini. Tapi saya menulis ini demi memuaskan kegundahan saya terhadap kegaduhan tak berujung oleh sebab orang-orang munafik yang sok suci luar biasa luar binasa.

Hari ini Ahok sudah menjadi tersangka, kita mestilah bertepuk tangan dan bangga atas semua kerja keras Polri, bareskrim dalam hal ini. Mereka sudah melakukan yang terbaik untuk ‘memuaskan’ tuntutan berjuta-juta orang ‘suci’ di negeri ini. Nah, sekarang tinggal tunggu pengadilan yang memutuskan, apakah Ahok memang terbukti bersalah atau tidak.

Persoalannya adalah apakah para penuntut Ahok akan juga siap menerima apapun keputusan pengadilan nantinya. Jangan-jangan belum apa-apa mereka sudah sibuk mengajukan tuntutan lain, semisal menuntuk Ahok mengundurkan diri. Ah, itu mah pesanan sponsor pasti!

Jelas saya sedikit muak dengan beberapa oknum di MUI yang mulai berpoitik. Kentara banget main politiknya tuh. Kenapa mau menuntut supaya Ahok mundur dari pilgub DKI ini, ada udang di balik segepok hadiah kah? Saya juga muak dengan pernyataan salah seorang anggota MUI yang bilang bahwa bom bunuh diri yang menewaskan anak kecil yang tak berdosa itu adalah pengalihan isu. Bagi saya yang bicara itu otaknya jangan-jangan sudah pindah di dengkul. Serius.

Lebay dan Munafik

Di mata saya, kelebayan tingkat dewa yang telah dibungkus atau dipolitisasi sedemikian rupa ini harus segera disudahi. Indonesia butuh membangun. Jakarta butuh membangun. Pilkada ini juga, sudah berkali-kali saya pernah tuliskan, sejatinya bukanlah segala-galanya. Anda tidak akan mati hanya karena pilkada ini toh. Jadi ndak usah menghalalkan segala cara demi kemenangan kubu Anda --- siapapun itu. Kini saatnya kerja, kerja, kerja (seperti harapan Presiden Jokowi) bukan demo, demo, demo, yang amat sangat nggak jelas itu. Demo yang dengan amat lancang berteriak-teriak untuk menggantung dan membunuh orang. Berteriak-teriak penuh hasutan untuk menurunkan Presiden Jokowi. Nggak waras ah. Itu mah Lebay!

Ini yang saya bilang sejak dulu, kemunafikan terus saja merajai bangsa ini. Sungguh mati saya heran luar biasa melihat panggung sandiwara yang berusaha dibentuk selama ini. Hanya dengan satu kalimat Ahok, amarah seluruh negeri terbakar? Non sense itu! Not make sense sama sekali kalau saya bilang sih. Bukan hanya kuda yang dapat ditunggangi, demo pun bisa. Penunggangnyanya siapa? Tentu joki handal.

Ini ya, kalau Anda dan saya mau jujur....coba renungkanlah dengan hati dan pikiran terbuka. Renungkan dalam-dalam dan lebar-lebar, apa sih artinya menista ayat suci atau menista agama? Apakah Anda tidak pernah merasa sudah menista agama dan ayat suci yang begitu Anda percayai? Apakah saya nggak pernah juga? Kalau kita merasa nggak pernah, itu salah besar.

Begini loh, kalau  kita mau sedikit jujur, sebetulnya kita ini manusia berdosa yang penuh kekurangan dan kelemahan, barangkali sudah terlalu sering kita menistakan apa yang selama ini kita anut dan percayai. Jangan lalu Anda menjadi sombong dan sok suci.

Bagi saya, orang yang tidak pernah mengamalkan ajaran agama yang ia anut, kitab suci yang dia imani dan amini, maka dia SUDAH MENISTAKAN ayat suci dan agamanya. Mereka yang perbuatannya bertolakbelakang dengan ajaran kitab sucinya, berarti dia sudah menista (merendahkan dan menghina) isi kita suci tersebut. Catat itu.

Pahami benar apa arti kata menista. Bagi yang muslim, bila Anda tidak solat, Anda menistakan alquran dan agamamu. Anda tidak berbuat kebajikan dan memberi sedekah, Anda menista ajaran agamamu. Anda solat sempurna namun setelah itu Anda korupsi merampok uang rakyat, berarti Anda juga sudah menista dengan amat sangat. Apa mencuri itu diajaran agama dan kitab suci? Ini berlaku untuk semua agama. Betapa dekatnya diri kita dengan segala bentuk dan manifestasi penistaan.

Bagi yang Nasrani. Ketika Anda berteriak-teriak tentang kasih dan pengampunan seperti apa yang Kristus ajarkan, tetapi lalu kemudian Anda justru tidak mau mengampuni dan menaruh dendam terhadap saudaramu, atau pun terhadap orang yang Anda benci, itu juga penistaan (merendahkan) ajaran Alkitab. Buat apa Anda beragama kalau begitu? Hanya untuk seremonial saja?

Silakan Anda berkaca di cermin ukuran besar, dan tanya jelas-jelas pada nuranimu (kalau sekiranya Anda masih punya itu) apakah melakukan apa yang bertentangan dengan firman Tuhan yang selalu Anda ‘jual’ ke orang lain adalah bukan bentuk penistaan?

Tuhan yang maha besar dan maha agung sangat benci kekejian dan kemunafikan. So, jangan Anda munafik. Berteriak-teriak bagai pahlawan kesiangan karena ada perkataan yang Anda anggap menista kitab suci dan agama tertentu, sementara itu kelakuan serta perbuatan Anda jauh lebih buruk menistakan agama dan kitab suci itu sendiri. Mereka-mereka ini masuk dalam golongan orang-orang munafik yang dibenci Tuhan, Ia yang sungguh sempurna dan maha mengetahui.

Makanya jangan heran kalau hari ini ada semakin banyak orang yang memilih menjadi atheis oleh karena melihat ‘kebusukan’ dan kemunafikan kerap dijumpai dalam diri mereka yang mengaku sangat beragama. Ketimbang repot dan direcoki banyak hal, Tuhan pun"disingkirkan" dari kehidupan ini.

Ya, mereka yang jumawa mengaku beragama tapi kelakuan dan prilaku tak lebih baik dari preman jalanan, penipu, perampok, dan pendusta. Orang-orang yang ‘hanya’ kelihatan suci dari luarnya saja. Kesucian yang dialaskan pada ‘altar’ kemunafikan!

Kita dapat mengajak seekor kuda pergi ke sungai jernih untuk minum, Tetapi percayalah bahwa kita tidak dapat membuat dia minum air sungai itu, karena itu harus kemauannya sendiri. Sampai lebaran kuda sekalipun maka Anda tak kuasa menyuruh kuda itu untuk minum.

Pelajaran agama tentu saja penting, dan memang bisa membuat orang mengetahui sejumlah aspek dan ajaran, serta aturan-aturan keagamaan agama yang ia anut tersebut. Tingkat intensitas pengajarannya pun bisa bervariasi, mulai dari sekedar pemberian informasi sampai kepada pemberian doktrin dan dogma. Itu agama. Namun Anda tak bisa memaksa seseorang untuk menjadi beriman, sebab hal itu harus datang dari dirinya sendiri.

Apa hasilnya? Banyak rupa. Bisa jadi orang akhirnya hanya mengetahui agama itu namun tak mau menganutnya. Sebaliknya, bisa jadi orang tersebut menjadi pengikut atau penganut agama yang super duper fanatik. Ekstrim kefanatikan tingkat maha dewa, mati pun dia rela. Seperti itu.

Nah, iman sesuatu yang berbeda dengan agama. Jikalau agama itu adalah sesuatu yang baku dan tetap, maka iman itu berubah-ubah, bertumbuh dan berkembang. Agama bisa nampak dari simbol-simbol seperti upacara, tempat ibadah, dan sebagainya, maka iman itu tak nampak oleh mata jasmani kita. Agama membungkus kita dengan peraturan, iman menuntun kita dan memerdekakan kita. Agama itu bergerak dalam koridor kelembagaan sementara iman tidak melembaga dan bergerak pada koridor hubungan. Hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia.

Perbedaannya sangat jelas. Agama adalah barang jadi, sedangkan iman itu masih harus dibuat dan terus menerus diasah dan dipertajam, diperbaharui. Agama bisa saja ditelan mentah-mentah dan bulat-bulat, tetapi iman masih perlu dikunyah. Agama sudah siap saji, sedangkan iman masih harus melalui proses dimasak terlebih dulu.

Dan, saya meyakini dengan baik bahwa Tuhan tidak melihat tingkat keagamaan sodara melainkan tingkat keimanan sodara. Bukan seberapa beragama Anda tampil, namun seberapa beriman Anda bertindak dan menjalani hidup.

Makanya agama sebetulnya tidak boleh lebih tinggi dari manusia. Selalu saya bilang agama dihadirkan untuk manusia bukan manusia untuk agama. Anda masuk sorga kan bukan karena Anda beragama, tetapi oleh karena iman sodara. Buat apa beragama tetapi tidak punya keimanan yang benar dan baik? Mending ke laut saja tuh.

Silakan nilai sendiri tingkat keimanan masing-masing kita. Apakah Tuhan menutup mata? Sama sekali tidak. Dia maha tau. Maka dia juga akan tau dengan pasti siapa yang hanya rajin beragama tetapi tidak punya iman yang sungguh,  dan siapa yang sebetulnya memiliki iman yang sungguh-sungguh. Siapa yang bertumbuh dalam iman dan pengharapan, siapa yang sama sekali nggak.

Kata kuncinya adalah bahwa ‘tidak semua yag berteriak Tuhan.......Tuhan bakalan masuk sorga’, melainkan dia yang mekakuan perintah Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dia yang merenungkan Kalam itu siang dan malam, lalu melakukannya dalam hidup kesehariannya.

Jadi, kalau Anda tidak benar-benar beriman kepada Tuhan, dan setia melakukan apa yang Ia firmankan, maka Anda sudah menista keyakinan Anda sendiri, dan termasuk firman Tuhan yang Anda baca dan amini setiap saat. Sekalipun di luar sana Anda kelihatan sangat beragama, suci dan terhormat. Itu semua hanya di kulit luarnya saja.

Jadi sebelum Anda tidur nyenyak malam ini dan bersorak-sorai gembira karena penista agama bernama Ahok itu sudah dijadikan tersangka, sebaiknya Anda juga persiapkan demo besar-besaran karena Anda juga adalah penista agama dan penista kitab suci tingkat maha dewa, karena Anda dan saya kemungkinan besar bukan hanya satu dua kali merusak isi firman Tuhan dengan perbuatan kita yang najis dan kotor, tetapi sudah berjuta kali.

Jadi, bersegeralah menyiapkan demo besar-besaran untuk mendemo diri Anda sendiri sebagai penista agama dan kitab suci kelas wahid. Saya juga pasti akan introspeksi diri untuk itu. Jangan hanya mau demo ketika dibayar sponsor dengan uang gede saja. Haram itu!

Terutama juga para maling-maling yang sudah ikut berteriak teriak pada saat demo 4 November lalu, yang turun dan menjadi parlemen jalanan itu loh. Berlagak jagoan neon. Jangan jadi orang munafik, karena Tuhan amat benci kemunafikan! Bijaklah dalam menghadapi apapun dan dalam menuntut apapun.

Jadi apakah Anda bebas dari prilaku menista? Jangan jawab "iya". Orang Amerika nanti akan bilang.....Bullshit lah itu! Orang Manado akan bilang, ‘Bakaca di panta blanga ngana!’. Semoga.  ---Michael Sendow---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun