Pahami benar apa arti kata menista. Bagi yang muslim, bila Anda tidak solat, Anda menistakan alquran dan agamamu. Anda tidak berbuat kebajikan dan memberi sedekah, Anda menista ajaran agamamu. Anda solat sempurna namun setelah itu Anda korupsi merampok uang rakyat, berarti Anda juga sudah menista dengan amat sangat. Apa mencuri itu diajaran agama dan kitab suci? Ini berlaku untuk semua agama. Betapa dekatnya diri kita dengan segala bentuk dan manifestasi penistaan.
Bagi yang Nasrani. Ketika Anda berteriak-teriak tentang kasih dan pengampunan seperti apa yang Kristus ajarkan, tetapi lalu kemudian Anda justru tidak mau mengampuni dan menaruh dendam terhadap saudaramu, atau pun terhadap orang yang Anda benci, itu juga penistaan (merendahkan) ajaran Alkitab. Buat apa Anda beragama kalau begitu? Hanya untuk seremonial saja?
Silakan Anda berkaca di cermin ukuran besar, dan tanya jelas-jelas pada nuranimu (kalau sekiranya Anda masih punya itu) apakah melakukan apa yang bertentangan dengan firman Tuhan yang selalu Anda ‘jual’ ke orang lain adalah bukan bentuk penistaan?
Tuhan yang maha besar dan maha agung sangat benci kekejian dan kemunafikan. So, jangan Anda munafik. Berteriak-teriak bagai pahlawan kesiangan karena ada perkataan yang Anda anggap menista kitab suci dan agama tertentu, sementara itu kelakuan serta perbuatan Anda jauh lebih buruk menistakan agama dan kitab suci itu sendiri. Mereka-mereka ini masuk dalam golongan orang-orang munafik yang dibenci Tuhan, Ia yang sungguh sempurna dan maha mengetahui.
Makanya jangan heran kalau hari ini ada semakin banyak orang yang memilih menjadi atheis oleh karena melihat ‘kebusukan’ dan kemunafikan kerap dijumpai dalam diri mereka yang mengaku sangat beragama. Ketimbang repot dan direcoki banyak hal, Tuhan pun"disingkirkan" dari kehidupan ini.
Ya, mereka yang jumawa mengaku beragama tapi kelakuan dan prilaku tak lebih baik dari preman jalanan, penipu, perampok, dan pendusta. Orang-orang yang ‘hanya’ kelihatan suci dari luarnya saja. Kesucian yang dialaskan pada ‘altar’ kemunafikan!
Kita dapat mengajak seekor kuda pergi ke sungai jernih untuk minum, Tetapi percayalah bahwa kita tidak dapat membuat dia minum air sungai itu, karena itu harus kemauannya sendiri. Sampai lebaran kuda sekalipun maka Anda tak kuasa menyuruh kuda itu untuk minum.
Pelajaran agama tentu saja penting, dan memang bisa membuat orang mengetahui sejumlah aspek dan ajaran, serta aturan-aturan keagamaan agama yang ia anut tersebut. Tingkat intensitas pengajarannya pun bisa bervariasi, mulai dari sekedar pemberian informasi sampai kepada pemberian doktrin dan dogma. Itu agama. Namun Anda tak bisa memaksa seseorang untuk menjadi beriman, sebab hal itu harus datang dari dirinya sendiri.
Apa hasilnya? Banyak rupa. Bisa jadi orang akhirnya hanya mengetahui agama itu namun tak mau menganutnya. Sebaliknya, bisa jadi orang tersebut menjadi pengikut atau penganut agama yang super duper fanatik. Ekstrim kefanatikan tingkat maha dewa, mati pun dia rela. Seperti itu.
Nah, iman sesuatu yang berbeda dengan agama. Jikalau agama itu adalah sesuatu yang baku dan tetap, maka iman itu berubah-ubah, bertumbuh dan berkembang. Agama bisa nampak dari simbol-simbol seperti upacara, tempat ibadah, dan sebagainya, maka iman itu tak nampak oleh mata jasmani kita. Agama membungkus kita dengan peraturan, iman menuntun kita dan memerdekakan kita. Agama itu bergerak dalam koridor kelembagaan sementara iman tidak melembaga dan bergerak pada koridor hubungan. Hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia.
Perbedaannya sangat jelas. Agama adalah barang jadi, sedangkan iman itu masih harus dibuat dan terus menerus diasah dan dipertajam, diperbaharui. Agama bisa saja ditelan mentah-mentah dan bulat-bulat, tetapi iman masih perlu dikunyah. Agama sudah siap saji, sedangkan iman masih harus melalui proses dimasak terlebih dulu.